Korslet, Alat Pemantau Udara Rusak, DLH Tak berani Memperbaiki

- Sabtu, 27 Juli 2019 | 11:06 WIB

BANJARMASIN - Alat pemantau kualitas udara di depan Hutan Kota, persis di perempatan dekat Jembatan Merdeka, lampu indikatornya tak lagi menyala. Rupanya perangkat itu rusak.

Kabid Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Banjarmasin Wahyu Hardi Cahyono tak membantah kerusakan itu. Penyebab kerusakan akibat arus pendek listrik.

"Sementara display-nya tidak bisa dihidupkan. Ada korsleting. Akibat guyuran hujan terus-menerus beberapa waktu lalu," sebutnya.

Lalu kenapa tak diperbaiki? DLH mengaku tak memiliki wewenang. Sebab perangkat yang diberi nama Air Quality Monitoring System (AQMS) itu ternyata milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Jadi kami tidak berhak untuk memperbaiki atau melakukan perawatan," tegasnya. DLH sendiri sudah melaporkan kerusakan tersebut ke kementerian. Rencananya alat itu akan diperbaiki pekan depan.

"Sekarang KLHK lagi melakukan maintenance alat-alat AQMS di seluruh Indonesia. Mereka akan datang kemari pekan depan," ujarnya.

Meski alat pengukur kualitas udara itu rusak. Bukan berarti DLH tak bisa memantau kualitas udara. Mereka masih punya metode-metode lain. Seperti menggunakan roadside monitoring dan passive sampler.

"Kalau roadside monitoring digunakan pada musim kemarau untuk mengetahui udara dari kontaminasi kendaraan bermotor. Kalau passive sampler bisa untuk dua musim. Dengan menempatkan parameter di tiga lokasi. Dipaparkan tiga pekan mewakili tiga musim," jelasnya.

Artinya, DLH tak cuma bergantung pada AQMS. Sehingga, kerusakan alat itu tak menjadi kendala berarti untuk mengukur kualitas udara. "Alat itu pasti ada masa gangguan. Gangguan itu munculnya tak mengenal waktu. Bisa kapan saja," pungkasnya.

Sejauh ini, dia mengklaim kualitas udara Banjarmasin masih tergolong bagus. Tak ada polusi berarti dari industri ataupun kendaraan bermotor. (nur/fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X