Apakah Bakalan Laku? Mengkaji Potensi Pasar Bandara Syamsuddin Noor Baru

- Senin, 5 Agustus 2019 | 10:25 WIB

Tinggal menghitung bulan, proyek pengembangan Bandara Syamsudin Noor ditargetkan rampung. Kalsel segera memiliki bandara dengan daya tampung hingga 7 juta penumpang per tahun.

Namun optimisme itu dihantui dengan lesunya dunia penerbangan sejak awal tahun tadi karena imbas kenaikan harga tiket. Akankah tingkat okupansi bandara baru seimbang dengan kapasitasnya?

-- Baca juga: Bakal Punya Bandara Internasional, Bagaimana Kesiapan Objek Wisata Kalsel Songsong Wisatawan Mancanegara? --

Pengelola patut merasa cemas. Sudah ada contoh bagaimana optimisme berlebihan di awal pembangunan ternyata tidak menolong okupansi. Sebut saja kasus Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Tingkat okupansi bandara yang diresmikan pertengahan 2018 itu dikabarkan masih di bawah 30 persen. Padahal proses pembangunannya memakan biaya hingga Rp 2,6 triliun. Disinyalir pembangunan bandara tidak disertai dengan kajian kelaikan mengenai potensi pasar maupun aspek ekonomi.

Hal yang sama dengan faktor berbeda bisa mengancam bandara baru Syamsuddin Noor. Harga tiket yang mahal dan lesunya industri pariwisata membuat pengguna moda pesawat berkurang cukup drastis. Sehingga, besarnya bandara ditakutkan tak sebanding dengan jumlah penumpang.

Apalagi, Communication dan Legal Section Head PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Aditya Putra menyebut bahwa pertumbuhan penumpang di Bandara Syamsudin Noor dalam beberapa tahun sangat kecil. Yaitu, hanya sekitar 7,28 persen. "Pada 2017 jumlah penumpang 3,6 juta, sedangkan 2018 3,7 juta," katanya.

Jumlah tersebut masih kurang setengah, dibandingkan kapasitas bandara baru nantinya yang mencapai 7 juta penumpang per tahun. Namun, pria yang akrab disapa Adit ini optimis tingkat okupansi bandara yang baru akan mampu mencapai 100 persen.

Hanya saja, menurutnya hal itu perlu waktu hingga belasan tahun. "Memperhatikan kapasitas bandara baru nantinya 7 juta penumpang per tahun dan rata-rata pertumbuhan penumpang 7 persen, maka diperkirakan akan full capacity dalam 10-15 tahun ke depan," jelasnya.

Apalagi, dia mengungkapkan, dalam dua bulan terakhir pertumbuhan penumpang di Bandara Syamsudin Noor sedang menuju tren positif. "Dua bulan terakhir jumlah penumpang berada di angka 8000-an setiap harinya, sebelumnya hanya 7000-an," ungkapnya.

Adit berharap, penumpang bisa terus tumbuh hingga beroperasinya bandara yang baru. "Ketika status internasional kita dapatkan, kami harap langsung disambut oleh airlines untuk membuka rute baru.

Sehingga, pertumbuhan penumpang semakin positif. Sebab, kalau tidak ada yang menambah rute baru maka status itu tidak berpengaruh untuk jumlah penumpang," ujarnya.

Lalu kapan status internasional akan didapatkan? Dia menyampaikan bahwa pihaknya masih menunggu terbitnya keputusan dari Menteri Perhubungan. "Tinggal menunggu keputusan itu saja, tapi belum tahu kapan keluarnya," bebernya.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Polana Banguningsih Pramesti, mengatakan status bandara internasional Syamsuddin Noor tengah di proses. Dia menerangkan, untuk level internasional, Bandara Syamsudin Noor sudah memenuhi.

Parameternya misalnya sudah ada penerbangan langsung ke luar negeri ketika penerbangan umrah. Sementara untuk keimigrasian, ketika sudah ada penetapan dari Kementerian Hukum dan HAM, otomatis ada pihak imigrasi yang berada di bandara.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Investor Masuk, Orientasi PAM Bandarmasih Berubah?

Senin, 15 April 2024 | 17:00 WIB

Liburan di HST, Wisata Air Jadi Favorit Pengunjung

Senin, 15 April 2024 | 14:00 WIB

Libur Lebaran, 2 Kecelakaan Maut di Banjarmasin

Senin, 15 April 2024 | 12:10 WIB
X