Mengenal Pengajar Termuda di SDN Basirih 10

- Selasa, 6 Agustus 2019 | 11:00 WIB

SDN Basirih 10 berdiri di daerah pelosok. Sekolah di tepian Sungai Jelai itu dikawal guru-guru berdedikasi tinggi. Salah satunya adalah Nor Latifah.

-- Oleh: FAHRIADI NUR, Banjarmasin --

Panggil saja dia Ibu Lala. Usianya baru 20 tahun. Mulai mengajar sejak tahun 2018 lalu. Perempuan cantik itu mengisi mata pelajaran agama.

Medan yang dilalui siswa-siswi SDN Basirih 10 juga ditempuh Lala. Menaiki kelotok atau jukung (sampan). Di sana tak ada jalan darat. Kalau pun ada, bentuknya cuma galangan sawah dan tetap harus menyeberangi sungai.

Lala kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama di Jalan Ahmad Yani kilometer 12,5. Dia bisa saja memilih fokus dengan kuliahnya. Tak perlu merepotkan diri mengajar di sekolah terisolir itu.

Tapi hati Lala berkata lain. Dia merasa harus berbagi ilmu. Meski medan yang ditempuhnya tak nyaman. "Saya ingin membantu anak-anak agar bisa membaca dan menulis," ucapnya merendah.

Kebetulan Lala besar di sekitar Simpang Jelai, masih satu kecamatan di Banjarmasin Selatan. Dia lahir pada 2 September 1998 di Basirih Dalam. Anak ketiga dari pasangan Supiani dan Hartati.

Kenapa memilih mata pelajaran agama? Lala punya kemampuan itu. Kebetulan dia lulusan Pondok Pesantren Al Hikmah Banjarmasin. "Lulus dari SMP 20 saya mondok," kisahnya.

Setahun mengajar, Lala memahami kesulitan anak-anak didiknya. Harus bersusah payah mencapai sekolah. Itulah yang memotivasinya untuk bertahan di sini.

"Melihat semangat anak-anak itu membuat saya betah. Di sini rasa kekeluargaan dan kebersamaannya juga kental," ungkapnya.

Adakah dukanya? Hebatnya, Lala menggelengkan kepala. Kecuali soal akses. Selebihnya, dia merasa nyaman. "Paling pas kelotoknya mogok di tengah sungai," ceritanya.

Bicara penghasilan, jangan terkejut. Lala cuma digaji Rp250 ribu per bulan. Kalau dihitung, tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Sekali lagi Lala menegaskan, dia mengajar di sana bukan untuk mengejar materi. Niatnya hanya berbagi ilmu. "Setidaknya, inilah yang bisa saya lakukan," ucap perempuan yang suka mendengarkan musik itu.

Lala lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang tukang bangunan. Sementara sang ibu sempat menjadi guru, tapi akhirnya berhenti dan memilih menjadi ibu rumah tangga saja.

Itulah Ibu Lala. Pengajar termuda di SDN Basirih 10. Ceritanya, mewakili guru-guru lain yang mendedikasikan dirinya di sekolahan itu. Kepada pemko, harapannya cuma satu. Anak-anak di sana dibuatkan akses untuk sekolah. (fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X