Daliyati, Harapan Baru Juhu, Desa terpencil di Hulu Sungai Tengah

- Jumat, 9 Agustus 2019 | 11:24 WIB

Gelar Ahli Madya Keperawatan akhirnya diraih Daliyati dengan predikat sangat memuaskan. Kini, dia hanya punya satu keinginan. Mengabdikan diri sebagai tenaga kesehatan di Desa Juhu, salah satu desa terpencil di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Barabai --

Perempuan berumur 24 tahun, itu berdiri tegak di antara 16 wisudawan dan 38 wisudawati Akademi Keperawatan (Akper) Murakata Barabai. Perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Pemerintah Kabupaten HST, itu kemarin (8/8) pagi, menggelar wisuda dan pengangkatan sumpah angkatan ke 14. Dengan jumlah total 55 orang.

Sejak 2016 lalu, seusai menamatkan pendidikan di SMKN 1 Batu Mandi Kabupaten Balangan, Daliyati, meneruskan pendidikannya di Akper Murakata Barabai. Tiga tahun berjalan, gelar Ahli Madya Keperawatan pun diraihnya dengan predikat sangat memuaskan.

“Menjadi perawat, cita-cita saya sejak dulu,” ungkapnya, ketika ditemui Radar Banjarmasin, seusai acara.

Keinginan ibu satu anak itu bukan tanpa alasan. Ketiadaan tenaga kesehatan yang tinggal menetap di Desa Juhu, menjadi motivasi bagi dirinya. Daliyati mengungkapkan biasanya tenaga kesehatan menyambangi desa yang kini menjadi tempat tinggalnya itu hanya sekali dalam sebulan “Bila datang, mereka menetap selama sepekan. Ada pula yang tak sampai sepekan,” ungkapnya.

Keadaan tersebut bisa dimaklumi mengingat sulitnya akses menuju Desa Juhu. Ya, untuk sampai ke sana, hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Merambah kawasan hutan belantara, mendaki dan menuruni gugusan Pegunungan Meratus yang ada di Kabupaten HST.

Bagi Daliyati dan warga Desa Juhu pada umumnya, menuju desa yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Batang Alai Timur (BAT) itu, merupakan perkara kecil.

Hanya dalam satu hari, mereka sudah bisa sampai. Namun, waktu tempuh bakal berbeda bila yang berkunjung adalah masyarakat awam. Bisa memakan waktu dua hari berjalan kaki.

“Saya tak ingin lagi masyarakat kesulitan bila ingin memeriksakan kesehatan. Sebagai puteri daerah, saya harus mengabdikan diri menjadi tenaga kesehatan dan menetap di sana,” ucapnya.

Daliyati, tercatat menjadi satu-satunya perempuan di Desa Juhu, yang meraih gelar Ahli Madya Keperawatan. Gelar akademik itu, tak didapatnya dengan mudah. Dia, harus rela meninggalkan anak dan suaminya di desa dan hanya pulang satu kali dalam dua pekan.

“Menetap lama di desa, apabila ada libur panjang seusai ujian,” tuturnya.

Pengorbanan Daliyati tak hanya sampai di situ. Sang suami, Alliyudin, menuturkan bahwa bersama istrinya, mereka berdua harus pintar mengirit uang. Gajinya sebagai Sekretaris Desa di Desa Juhu, belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sekaligus biaya kuliah sang istri.

“Bila kekurangan biaya, kami terpaksa harus meminjam dahulu kepada keluarga. Ketika memiliki anak, kami berdua juga harus bertukar peran. Saat istri saya kuliah, maka saya yang menjaga anak,” kenangnya.

Kini, baik Daliyati dan Alliyudin, bisa berbangga. Usaha keras keduanya, membuahkan hasil yang memuaskan. Bertiga dengan sang buah hati yakni Vita Lia, mereka bisa menikmati hari indah melalui pengabdian yang bakal dicurahkan untuk warga di desanya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X