Ponpes Al Anwar Setop Kegiatan, Ternyata Alasan Warga Bangun Wisata karena Hal Ini

- Sabtu, 10 Agustus 2019 | 11:32 WIB

BARABAI - Polemik pembangun objek wisata bernama Stajau Indah di kawasan Desa Baru RT 8 Kecamatan Batu Benawa, dan Pondok Pesantren Al Anwar yang terletak di Desa Batu Tunggal Kecamatan Hantakan, mendapat atensi serius dari Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Pasalnya, saat mediasi yang keduakalinya digelar, yakni pada Senin (5/8) lalu, tak ada satu pun solusi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Baik pihak pengelola wisata, mau pun Pondok Pesantren. Padahal sebelumnya, mediasi yang dilakukan, langsung dipimpin oleh Asisten 1 Bidang Pemerintahan Kabupaten HST, H Ainur Rafiq.

Kepada Radar Banjarmasin, H Ainur Rafiq, mengatakan bahwa pihaknya sudah melaporkan hal tersebut kepada Bupati HST. Mengingat, belum adanya titik temu pada mediasi yang digelar.

“Bupati, berkomitmen mempertahankan pesantren, sesuai dengan visi misi pemerintahan yang beliau jalankan,” ucapnya,

H Ainur Rafiq, juga menambahkan bahwa Bupati menginstruksikan agar pertemuan antara pihak pengelola objek wisata dan pengasuh pondok pesantren, nantinya kembali digelar. Guna merembukkan kembali hal tersebut. Tak ketinggalan, juga mengundang masing-masing pejabat kecamatan yang membawahi kedua wilayah.

“Menyelesaikan hal ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Kami selaku pemerintah masih melakukan upaya pendekatan agar masalah ini bisa terselesaikan. Dengan harapan, pesantren tetap jalan seperti biasa dan ekonomi masyarakat juga bisa bangkit,” ungkapnya.

Lebih lanjut, seusai mediasi kedua yang dilakukan pada Senin (5/8) lalu. Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, yakni H Syarkawi, memilih untuk menonaktifkan sementara proses belajar mengajar yang ada di pondok. Kemudian, pada hari Selasa (6/8) dan Rabu (7/8) dia juga memulangkan 5 pengajar serta seluruh santrinya yang berjumlah 30 orang ke rumah masing-masing.

H Syarkawi, sendiri saat ini berada di Kabupaten Tanah Bumbu. Kepada Radar Banjarmasin, Kemarin (9/8), dia mengatakan bahwa harus melakukan hal tersebut karena selama ini tak ada ketegasan sedikit pun dari Pemerintah Kabupaten HST, menyikapi persoalan yang dihadapinya.

“Saya sudah berulang kali lapor ke Pemerintah Kabupaten HST, tapi juga masih belum ada solusi. Pemerintah melarang saya untuk meninggalkan pondok, tapi mereka membiarkan objek wisata terus saja dibangun,” ucapnya.

Dia juga mengulang kembali hasil kesepakatan mediasi yang pertama kali dilakukan. Yakni pada 11 Juli lalu. Yang mana, pada mediasi tersebut, pembangunan objek wisata disepakati dihentikan terlebih dahulu sebelum adanya solusi konkret dari masalah yang dihadapi.

“Pembangunan, sepakat dihentikan selama dua bulan. Tapi nyatanya, 10 hari setelah itu malah berjalan. Selama tidak ada komitmen pemerintah, atau tidak ada hitam di atas putih, maka pesantren akan tetap saya tutup,” ucapnya.

Dia juga menambahkan bakal mengambil tindakan tegas yakni menutup Pondok Pesantren yang dikelolanya itu dan kembali membangun Pondok Pesantren di Kabupaten lain.

Kondisi tersebut, juga menjadi perhatian Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten HST, Saipudin. Pasca menugaskan perwakilannya untuk menghadiri mediasi kedua yang dilakukan pada Senin (5/8) lalu, dia mengaku juga masih belum bisa mengambil tindakan atau memberikan solusi.

Selain itu, pasca mendengar kabar bahwa Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar meninggalkan pondok dan proses belajar mengajar terhenti, dia juga menyayangkan tindakan tersebut. Dia berharap agar kedua belah pihak hendaknya bisa bertemu kembali, guna menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Semestinya objek wisata dan pondok pesantren, bisa berjalan beriringan,” tuntasnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X