Jangan Sembarangan Promosi, Pahami Karakter Wisatawan

- Kamis, 15 Agustus 2019 | 10:49 WIB

Kementerian Pariwisata menggelar workshop, kemarin (14/8). Membahas strategi pemasaran wisata di era 4.0. Seperti apa diskusinya? Berikut ulasannya.

-- Oleh: FAHRIADI NUR, Banjarmasin --

WORKSHOP itu bertajuk 'Pentingnya Peran Publikasi Digital pada Era Milenial'. Berlangsung di Ballroom Hotel TreePark. Ada tiga pembicara yang dihadirkan.

Pertama, Yulianus Firmansyah Ladung. Dia fotografer profesional dan pegiat dunia digital. Kemudian Arif Rahman Hakim, dosen Universitas Lambung Mangkurat sekaligus staf ahli Anggota DPR RI. Terakhir, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin Ihsan Al Haq.

Materi pertama dipaparkan Yulianus. Dia fokus pada konten promosi digital. Di sini ia menekankan soal ketepatan marketing. Bahwa promosi di era milenial tak lagi melalui tulisan. Tapi melalui visual. Seperti gambar dan video.

"Sekarang orang tidak lagi banyak membaca. Lebih cenderung melihat gambar atau video. Now, we read image," katanya.

Yulianus membaginya menjadi enam platform social media marketing. Pertama collaboration. Contohnya Google Drive. Lalu ada networking, seperti Facebook dan Google Plus. Kemudian video sharing, yang terpopuler adalah YouTube.

Kategori platform lainnya blogging dan image sharing. "Seperti Instagram dan Pinterest. Kedua platform ini identik dengan gambar," sebutnya. Platform terakhir adalah micro bloggin. Yang satu ini fokus pada Twitter.

Enam kategori platfom itulah yang menurut Yulianus bisa digunakan untuk promosi digital. Pesan Yulianus satu, tampilkan visual yang tepat.

"Paling sederhana, kenali platform promosi yang ingin kita gunakan. Kalau Instagram, harus menyesuaikan karakter Instagram. Misal, ukuran foto yang sesuai dengan konsep layout media ini," tuturnya.

Intinya, setiap promosi digital jangan sembarangan. Mesti punya misi. Dan tentu saja output-nya menghasilkan profit. "Kalau asal, orang tidak tertarik melihat," tutupnya.

Nah, Arif Rahman Hakim berbicara soal peran kebijakan DPR dalam pengembangan pariwisata era 4.0. Konsepnya sederhana. Dirumuskan dalam 5D. Dikenal, disukai, dikunjungi, dikenang dan direkomendasikan.

"Berkaitan dengan cara kita mengenalkannya, kemudian mengemasnya agar disukai. Kalau sudah suka, maka wisatawan akan mau kembali lagi. Bahkan merekomendasikan kepada yang lain," tuturnya.

Bagaimana cara menerapkannya, jawaban Arif sederhana. Pahami karakter wisatawan. "Orang Eropa tentu berbeda dengan orang Asia, kebutuhan wisatanya juga beda. Ada yang suka hutan, ada juga yang suka laut," sebutnya.

Kalau sudah bisa memahami karakter itu, maka lebih mudah mengonsep objek-objek wisata agar mewakili keinginan wisatawan. "Tentunya dengan daya tarik daerah. Misal di Banjarmasin dengan sungainya,” paparnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB

Warga HSU Dilarang Bagarakan Sahur Pakai Musik

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:15 WIB

Wilayah Kalsel Rawan Diguncang Gempa

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:45 WIB
X