Bajakah Kalteng Serbu Banjarmasin, Dijual Murah di Jalan-Jalan

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 10:23 WIB

BANJARMASIN - Heboh kayu bajakah sebagai penyembuh kanker membuat para spekulan mulai mengambil peluang bisnis. Meski belum terbukti secara klinis, tumbuhan ini ramai dipasarkan di pinggir-pinggir jalan di Banjarmasin -Batola, Para penjualnya datang dari Kalimantan Tengah.

Seperti yang terlihat di kawasan Jalan Pramuka Banjarmasin Timur, Selasa (20/8) pagi. Rani, warga Palangkaraya, mengangkut lima karung kayu Bajakah Kalteng di dalam mobilnya. Dia mengaku menggelar dagangan di tepi jalan untuk membantu orang yang tak punya biaya untuk berobat.

"Saya tidak mematok harga, ini sekalian beramal. Karena saya tahu, bagaimana orang yang ingin sembuh dari penyakit tapi tak punya biaya, obat tradisional jadi alternatif pilihan," tambahnya.

Pantauan Radar Banjarmasin, jualan Rani cukup laris. Ada yang membeli Bajakah Rp5 ribu, Rp10 ribu hingga Rp100 ribu. Bahkan beberapa potongan kecil diberinya kepada yang mau mencoba khasiat Bajakah.

Cara pemakaiannya, kata Rani, kulit kayu bajakah dikupas lalu dimasak dengan satu liter air. Air rebusan itu diminum tiga kali sehari. Kayu bekas rebusan masih bisa digunakan tapi sebelumnya harus dijemur. Lama mengonsumsi rebusan air kayu Bajakah adalah 60 hari.

"Begitu yang saya lihat di internet cara penggunaannya, tapi belum ada informasi orang sembuh setelah meminum air rebusan kayu Bajakah, sambil ikhtiar," ucapnya.

Rani mengatakan, cukup susah untuk mendapat kayu Bajakah di hutan Kalteng. Dia mengambil langsung di tengah hutan. Tidak gampang mendapatkannya. Untuk menuju ke sana harus naik kapal ces (Perahu bermesin) terlebih dahulu, kemudian berjalan kaki ke dalam hutan. "Jalan ke dalam hutannya yang lama, sampai setengah hari, capek," ucapnya.

--

Sementara itu, mengantisipasi perburuan kayu bajakah di Kalteng, Pemprov Kalteng mengeluarkan larangan eksploitasi bajakah besar-besaran. Sekda Kalteng Fahrizal Fitri telah menyurati BKSDA Kalteng dan bertemu dengan lembaga terkait seperti Balai Karantina Pertanian di bandara, hingga Angkasa Pura II.

“Intinya untuk menjaga jangan sampai akar bajakah ini dieksploitasi lebih besar, ya tentu akibat kerusakan habitatnya,” ucapnya belum lama tadi.

Fahrizal mengatakan, berdasarkan karakteristik dari tanaman tersebut bajakah tidak hidup sendiri. Artinya, tanaman ini dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitarnya, butuh tanaman lain yang sifatnya adalah perambat. “Karena ini proses penelitian awal, yang juga salah satu kekayaan alam Kalteng, diharapkan kita jaga semuanya,” terangnya.

Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng ini mengingatkan, masyarakat agar memperhatikan apakah betul akar bajakah yang diambil itu bisa untuk menyembuhkan penyakit atau sebaliknya. Karena akar bajakah sendiri banyak jenisnya.

“Sehingga kita tidak tahu mana yang benar akan bajakah yang bisa menyembuhkan penyakit itu. Karena tanaman ini ada yang beracun, agar masyarakat untuk lebih hati-hati jangan sampai viral lalu mencarinya berlebihan,” ujar Fahrizal.

Selain itu, Pemprov sudah berkoordinasi dengan BPOM Palangka Raya, menindaklanjuti bajakah dan melakukan pembinaan bagi masyarakat yang menjual tanaman ini dengan bebas.

Intinya perlu penelitian lanjutan lagi apakah tanaman ini betul-betul bisa menyembuhkan penyakit kanker atau tidak. Sehingga ada kejelasan dan juga tidak terjadinya eksploitasi besar-besaran.

“Kami sudah meminta BPOM untuk meneliti ini, termasuk agar lembaga ini melakukan pembinaan bagi masyarakat yang menjual tanaman ini dengan bebas. Serta harus ada pengakuan dari BPOM kandungan apa saja di dalamnya sehingga betul-betul dikonsumsi aman oleh masyarakat luas,” tandas Fahrizal.

Untuk itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng diminta memantau eksploitasi dan pengiriman kayu bajakah. Namun, BKSDA masih kebingungan lantaran bajakah banyak jenisnya. Ada bajakah yang mengandung zat bisa membunuh sel mematikan (tumor / kanker), ada juga bajakah yang tidak mengandung apa-apa.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X