Sempat Meliburkan Diri Karena Tolak Destinasi Wisata Baru, Pesantren Al Anwar Akan Kembali Aktif Senin Nanti

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 10:36 WIB

BARABAI – Setelah sempat meruncing beberapa waktu lalu, polemik tempat wisata swadaya di Hulu Sungai Tengah (HST) akhirnya menemukan titik temu. Aktivitas belajar-mengajar di Pondok Pesantren Al Anwar dikabarkan akan kembali aktif pada Senin (26/8) mendatang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, H Syarkawi. Dia mengatakan, dalam pekan ini, dirinya bakal kembali ke pondok yang berlokasi di Desa Batu Tunggal Kecamatan Hantakan, itu.

“Saya datang bisa Sabtu atau Minggu. Insya Allah Senin depan aktivitas belajar sudah bisa dimulai. Sekaligus mengadakan acara haul di Pondok,” ungkapnya kepada Radar Banjarmasin, kemarin (20/8).

Pondok Pesantren Al Anwar sempat membekukan proses belajar-mengajarnya saat terlibat polemik dengan masyarakat setempa yang tengah melakukan pembangunan objek wisata Stajau Indah.

H Syarkawi menilai objek wisata yang dibangun terlalu dekat dengan pesantren bisa mengganggu jalannya aktivitas pesantren. Sementara masyarakat ingin mendapatkan peluang dari tingginya turisme lokal ke objek wisata alam.

Setelah melalui beberapa kali perundingan atau mediasi, kini, polemik kedua belah pihak dinyatakan selesai. Masyarakat RT 8 Desa Baru yang membangun objek wisata, memilih untuk mengalah. Hal itu dibuktikan dengan surat pernyataan bahwa tidak akan melakukan kegiatan atau aktivitas terkait objek wisata Stajau Indah. Surat itu, ditandatangani oleh lima perwakilan warga pada Senin 12 Agustus lalu.

Dari pantauan Radar Banjarmasin, kemarin (20/8), pembangunan objek wisata Stajau Indah memang tampak berhenti. Bahkan, papan nama Stajau Indah yang mulanya dipasang di tengah-tengah sungai pun sudah dicabut.

Terkait hal ini, Kepala Desa Baru, M Arsyad, membeberkan bahwa masyarakat RT 8 Desa Baru, tak ingin konflik kian memanjang. Selain itu, mereka juga tak ingin terjadi benturan dengan pihak pesantren.

“Maka mereka pun memilih untuk menghentikan aktivitas objek wisata,” ucapnya seraya menambahkan masyarakat kini menyampaikan harapan mereka agar pemerintah memperhatikan kondisi perekonomian.

Warga setempat sendiri kebanyakan adalah petani karet. Akhir-akhir ini harga karet yang tidak menentu membuat mereka sempat tergiur dengan potensi ekonomi dari sebuah objek wisata swadaya. Di seluruh Hulu Sungai Tengah, tren membangun objek wisata memang sedang marak.

M Arsyad sendiri saat ini mengupayakan agar masyarakat setempat dibekali usaha pengolahan keripik dari buah dan usaha pengolahan bambu untuk dijadikan kerajinan tangan atau pembuatan tusuk sate.

“Anggarannya bersumber dari dana desa yang bakal diajukan. Kalau anggaran tidak bisa tahun ini, maka akan dianggarkan di tahun depan. Intinya, masyarakat setempat harus diberdayakan,” tuntasnya. (war/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X