Kurangnya Alat, Kalsel Kesusahan Ukur Kualitas Udara

- Senin, 26 Agustus 2019 | 09:54 WIB

BANJARBARU - Menjadi daerah yang seringkali ditemukan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) saat musim kemarau, Kalsel ternyata masih kekurangan alat pengukur kualitas udara. Padahal, alat itu sangat penting untuk mengetahui sehat atau tidaknya udara saat terpapar kabut asap.

Alat pengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sendiri biasanya dipasang di wilayah yang udaranya seringkali terpapar polusi. Seperti debu, asap dari kebakaran lahan atau knalpot kendaraan.

Pada alat tersebut, terdapat angka-angka yang menunjukkan tentang parameter mutu udara. Guna mengetahui bagaimana kualitas udara di wilayah sekitar, tempat alat dipasang.

Kepala Bidang Surveilans Epidemilogi pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru, Hamidi mengatakan, dari 13 kabupaten/kota di Kalsel baru Kota Banjarmasin yang memiliki alat itu.

"Sebenarnya alat itu penting, karena mutu udara bisa langsung dibaca. Karena kalau menguji kualitas udara dengan pengambilan sample, hasilnya menunggu sampai 24 jam," katanya.

Selain itu, dia mengungkapkan, pengujian dengan pengambilan sample juga tidak bisa dilakukan di banyak daerah. Karena, dalam satu lokasi perlu dilakukan pengukuran dua sampai tiga kali. "Kami sendiri setiap tahunnya hanya menguji kualitas udara di satu wilayah. Tapi, dengan tiga kali pengujian," ungkapnya.

Tahun ini sendiri, mereka fokus mengukur kualitas udara di sekitar Puskesmas Martapura Kota. "Kami sudah mengambil sample pada April tadi. Di mana hasilnya baik. Nanti, pada September dan November, sample udara di lokasi yang sama kami ambil lagi untuk mengetahui perubahannya," ujar Hamidi.

Lanjutnya, untuk penentuan lokasi pengujian kualitas udara mereka berpatokan pada seberapa banyak penderita ISPA dan melihat bagaimana terdampaknya lokasi tersebut terhadap asap karhutla. "Untuk tahun lalu, udara di kawasan Puskesmas Guntung Manggis yang kami uji. Hasilnya, cukup baik," ucapnya.

Dia menambahkan, tanpa adanya kabut asap dari karhutla, udara Kalsel selama ini memang sehat. Karena belum terpolusi oleh asap knalpot kendaraan. "Alat transportasi di Kalsel tidak sepadat di Jakarta, jadi udaranya masih aman," tambahnya.

Diungkapkannya, udara Kalsel terakhir kali masuk kategori berbahaya pada 2015 lalu. Di mana, saat itu karhutla memang sangat parah. "Setelah itu, dalam empat tahun terakhir udara kita bagus saja," ungkapnya.

---

Secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Banjarbaru Sirajoni, membenarkan mereka belum punya alat pengukur kualitas udara. "Iya, di Kalsel cuma Banjarmasin yang punya. Itupun karena bantuan dari pusat," bebernya.

Dia menuturkan, hingga kini pihaknya belum punya rencana untuk membeli alat tersebut. Karena harganya sangat mahal. "Harganya miliaran, belum lagi biaya perawatannya. Sangat besar," tuturnya.

Meski begitu, mereka rutin mengukur kualitas udara di Banjarbaru setiap enam bulan sekali. Namun, untuk mengetahui hasilnya diperlukan waktu berhari-hati.

Di mana pada semester pertama tahun ini, pihaknya telah melakukan pengujian udara dengan cara mengambil sample menggunakan passive sampler.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X