Ibu Kota Baru di Kaltim, Kalsel pun Pasti Terdampak

- Rabu, 28 Agustus 2019 | 10:41 WIB

BANJARMASIN - Menjadi tetangga provinsi ibukota baru membuat Kalsel bakal menangguk keuntungan ekonomi. Pengamat ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Ahmad Alim Bachri memprediksi, pertumbuhan ekonomi Kalsel akan tumbuh semakin pesat. “Tak hanya Kalsel, seluruh kawasan regional Kalimantan bahkan kawasan Indonesia Timur lain,” nilai Alim.

Mantan Wakil Rektor I ULM itu mengatakan pembangunan ibu kota negara baru tentu membutuhkan SDM maupun bahan baku. Dari sisi SDM, dari kalangan bawah hingga menengah di Kalsel bisa memanfaatkan peluang ini.

Untuk menopang pembangunan infrastruktur, Kalsel bisa menjadi distribusi untuk bahan bangunan seperti semen hingga batu bara.

“Kita punya pabrik semen yang cukup besar di Tabalong, ketika perusahaan ini menopang pembangunan di Kaltim, otomatis sumber daya manusia pun akan bertambah karena bertambahnya produktivitas permintaan,” papar Alim.

Dari aspek politik, Pengamat politik ULM Gazali Rahman menilai pemilihan Kaltim sebagai ibukota menyangkut sejarah Kaltim yang menjadi lokasi kerajaan Kutai Martadipura. Sebagai kerajaan pertama dan tertua di Kalimantan, daerah ini cukup tepat dipilih menjadi kawasan ibu kota negara. 

Soal lahan di Penajam yang disebut-sebut menjadi milik calon presiden Prabowo Subianto, Gazali melihatnya tak bisa dihubungkan dengan rekonsiliasi politik antara Jokowi dan Prabowo.

“Itu terlalu jauh dan sangat sempit anggapan seperti itu. Pemerintah sudah menelaah jauh lahan-lahan yang disiapkan tiga provinsi. Dan memang di Kaltim yang dinilai pemerintah paling tepat,” tukasnya. 

Meski saling bersinggungan antara kebijakan politik dengan kepentingan politis, namun di pemindahan ibu kota negara ini adalah untuk kepentingan bangsa dan negara. “Saya melihatnya unsur politik bukan yang utama. Tapi demi pemerataan,” sebutnya.

Gazali juga menilai, Kalsel tidak kalah meski tidak dipilih. Pasalnya provinsi tetangga akan menjadi penyangga dan pengembangan kawasan ibu kota. “Ada tiga daerah Kalsel yang mendapat dampak signifikan. Yakni Tabalong, Tanah Bumbu dan Kotabaru,” ujarnya.

Sementara itu, penerbangan ke Kaltim dari Banjarmasin ternyata masih relatif sedikit: hanya enam flight setiap harinya. Sedangkan ke Jakarta, setiap hari bisa sampai 14 penerbangan. Apakah maskapai sudah punya rencana menambah rute ke Kaltim?

GM Garuda Indonesia Banjarmasin Tomy Chrisbiantoko mengatakan, penambahan flight perlu melihat kebutuhan. Kalau memang permintaan meningkat baru akan ditambah. "Sementara saat ini belum kelihatan ada pergerakan kenaikan trafik ke Kaltim. Jadi, belum ada rencana penambahan penerbangan," katanya.

Dia mengungkapkan, Garuda Indonesia sendiri sekarang hanya melayani satu flight setiap harinya. Yaitu, ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. "Sementara cukup, satu kali penerbangan dulu," ungkapnya.

Belum adanya rencana penambahan penerbangan ke Kaltim juga disampaikan Area Manager Lion Air Banjarmasin, Agung Purnama. "Iya, saat ini kita belum ada rencana penambahan frequensi penerbangan ke Kaltim, tapi tidak menutup kemungkinan jika suatu saat dibutuhkan penambahan akan kami lakukan," bebernya.

Menurutnya, pada dasarnya pembukaan rute baru harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. "Kami sekarang ada empat flight ke Kaltim. Untuk sementara masih cukup untuk melayani masyarakat," ujarnya.

Lalu bagaimana dengan maskapai lainnya, Communication dan Legal Section Head PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Aditya Putra mengungkapkan, hingga kini belum ada maskapai penerbangan yang mengajukan penambahan penerbangan ke Kaltim. "Iya belum ada. Tapi, tidak tahu kalau nanti," ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X