Merasakan Sensasi Patroli Karhutla dengan Helikopter Pengebom Air

- Minggu, 1 September 2019 | 10:39 WIB

Setiap hari di musim kemarau helikopter pengebom air berpatroli di atas langit Kalsel. Kemarin, wartawan Radar Banjarmasin berkesempatan ikut merasakan sensasi duduk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari atas capung besi pengangkut air itu.


SUTRISNO, Banjarbaru


Tepat pukul 09.00 Wita, helikopter berangkat dari Bandara Syamsudin Noor. Dengan dikomandoi Kapten Faris Ichsan, didampingi Helicopter Landing Officer (HLO) Imam Sasmito yang bertugas menghitung dan memotret titik api yang ditemukan.

Sementara, wartawan koran ini duduk di belakang bersama reporter salah satu radio swasta bernama Adam. Keduanya tampak senang, karena baru pertama kali merasakan naik helikopter.

Keraguan sebenarnya sempat muncul dari dua wartawan ini saat memasuki helikopter. Dan bertanya-tanya, apakah aman terbang dengan heli kecil tipe Robinson R66 yang cuma memiliki panjang sekitar 11 meter itu.

Rasa ragu pun menguat saat pilot mulai menerbangkan helikopter berkapasitas lima orang tersebut. Pasalnya, saat terbang pesawat udara menggunakan baling-baling ini seringkali oleng setiap kali ada angin.

Untungnya, saat itu cuaca sedang cerah-cerahnya. Sehingga, dianggap aman untuk penerbangan.

Pada pagi itu, helikopter bertugas melakukan pemantauan titik api di wilayah Utara Kalsel. Yakni, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Batola, Tapin dan daerah Hulu Sungai.

Ketika mengitari kawasan Banjarbaru, wartawan koran ini sebenarnya sempat ikut menghitung jumlah titik api yang ditemukan. Namun, ketika sekitar 30 menit terbang keikutsertaan menghitung hotspot dihentikan. Lantaran, sudah merasakan pusing akibat mabuk udara.

Hal yang sama juga dirasakan reporter radio yang duduk di sebelahnya: Adam. Dia tampak menutup matanya untuk menghilangkan rasa pusing dan mual.

Namun, usahanya gagal. Semakin sering helikopter bergoyang, rasa mualnya tambah menjadi-jadi. Dan akhirnya, dia mengambil kantong plastik yang sudah tersedia di sebelahnya untuk menampung muntah. Hal yang sama juga dilakukan wartawan koran ini.

Usai muntah beberapa kali, Adam sempat mengeluh tidak kuat berlama-lama ikut terbang. "Kalau bisa turun. Saya mau turun sekarang," katanya. Mendengar perkataan Adam, pilot dan rekannya yang duduk di depan sontak tertawa.

Tapi, pilot tidak mungkin menurunkan penumpang. Sebab, mereka harus menyelesaikan pemantauan karhutla yang sudah direncanakan pada rapat pagi sebelum keberangkatan.

Dalam penerbangan itu, ada banyak titik api yang terlihat. Bahkan, beberapa wilayah tampak diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Di mana, semua titik api itu difoto oleh Helicopter Landing Officer (HLO) Imam Sasmito untuk dilaporkan ke posko.

Di saat pilot dan HLO sedang sibuk mencari dan menghitung titik api, dua penumpang di belakang, wartawan Radar Banjarmasin dan reporter salah satu radio swasta justru menahan mual dengan menidurkan diri. Dan berharap, agar misi segera selesai.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X