BANJARMASIN - Ini bisa jadi kabar baik bagi petani karet (gatah). Memasuki semester II tahun 2016, harga gatah mulai merangkak naik. Meski tidak signifikan, setidaknya dapat membuat petani gatah sedikit tersenyum.
Suyatno, salah satu petani gatah di Desa Pingaran Ulu, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar mengatakan, gatah mentah yang mereka jual ke pengepul sekarang dihargai Rp4500 perkilogram. "Bulan Februari lalu sangat murah, bahkan sempat terpuruk diharga Rp3500 perkilogram. Alhamdulillah sekarang naik," katanya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.
Ia merasa senang, akhirnya harga gatah mulai beranjak naik. Setelah sebelumnya dalam dua tahun terakhir harganya terus mengalami penurunan. "Walaupun naiknya masih sedikit, kami tetap bersyukur. Mudah-mudahan ini menjadi pertanda harga karet bakal kembali tinggi," harapnya.
Bapak dua anak ini mengaku sempat merasa malas dalam menyadap karet, lantaran terus terpuruknya harga karet. Hingga, ia berpikiran menyadap karet hanya mendapatkan lelah, tak sebanding dengan pendapatan yang diterima. "Dengan harga Rp4500 perkilogram sebenarnya masih rendah, tapi setidaknya dapat menimbulkan semangat kami untuk terus menyadap," ujarnya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Naiknya harga karet dibenarkan oleh, Kabid Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebunan Kalsel Fauzi Noor. Bahkan, menurutnya harganya ada yang mencapai Rp6000 perkilogram. "Kenaikan harga karet, karena dipengaruhi oleh beberapa kebijakan internasional dan nasional," ujarnya.
Ia menjelaskan, kebijakan internasional yang mempengaruhi harga karet ialah adanya pengurangan ekspor karet dari tiga negara, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia. "Ketiga negara ini sepakat mengurangi ekspor karet rata-rata 500 ribu ton," jelasnya.
Dengan adanya pengurangan tersebut, maka Indonesia memiliki stok karet lebih banyak. Stok sendiri akan dikelola di dalam negeri, salah satunya untuk campuran aspal. "Bakal ada peraturan, aspal jalan nantinya diwajibkan dicampur dengan karet sebesar 10 persen. Itu merupakan kebijakan nasional," kata Fauzi.
Selain dimanfaatkan sebagai campuran aspal, ia mengungkapkan karet produksi dalam negeri juga bakal digunakan untuk bahan bantalan rel kereta api. "Pemerintah pusat terus memprogramkan pemanfaatan karet, agar produksi dalam negeri cepat terserap," ungkapnya.
Ia meyakini, dengan semakin terserapnya produksi karet dalam negeri. Maka harganya akan terus membaik, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.(ris/by/ran)