Angkat Perjuangan Guru Terpencil Mempelajari IT

- Sabtu, 14 September 2019 | 09:38 WIB

Kantor Pusat Radar Banjarmasin, kemarin kedatangan tamu salah seorang finalis Eagle Awards Documentary Competition (EADC) 2019 bernama Lyanta Laras Putri asal Tabalong. Dalam kunjungan itu, dia bercerita tentang pengalamannya mengikuti kompetensi yang digelar Eagle Institute Indonesia tersebut.

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Wanita berusia 25 tahun itu datang bersama Anggota DPRD Kalsel Firman Yusi. Kedatangan mereka disambut Pemimpin Redaksi Radar Banjarmasin Toto Fachrudin dan Wakil Redaktur Pelaksana Radar Banjarmasin Ramli Arisno.

Firman Yusi pun mengenalkan Lyanta. "Sebenarnya timnya berdua, Abdi dan Lyanta. Mereka ini pertama dari Kalsel yang masuk lima besar dalam ajang EADC 2019," ungkapnya.

Pemimpin Redaksi Radar Banjarmasin Toto Fachrudin pun banyak melontarkan pertanyaan tentang keikutsertaan Lyanta dalam ajang EADC 2019. Dengan bersemangat, Lyanta menceritakan, dalam EADC peserta harus mengirimkan konsep film dokumenter berupa proposal.

"Setelah mengirimkan konsep, kami lalu diwawancarai juri melalui aplikasi skype. Untuk mendalami konsep yang kami kirim," ceritanya.

Selanjutnya panitia mengumumkan karya proposal yang masuk lima besar. Selain mereka, juga ada peserta dari Bogor, Makasar, NTT dan Jakarta. "Lima proposal terpilih akan dikembangkan menjadi karya film dokumenter, untuk nantinya dipilih lagi mana yang terbaik," ujarnya.

Lyanta membocorkan, konsep mereka tulis dalam proposal ialah cerita tentang kegigihan seorang guru SDN 1 Nawin Hilir, Kecamatan Haruai, Tabalong bernama Deni Ranoptri dalam belajar IT dengan segala keterbatasan.

"Di tempat tinggalnya 'kan sulit jaringan internet. Tapi, karena keuletannya beliau bisa menguasai IT hingga sekarang bisa mengelola 18 website pendidikan," tuturnya.

Cerita Deni sendiri sebenarnya sudah diangkat oleh temannya; Abdi pada EADC 2017. Namun, gagal masuk lima besar. "Tahun ini kami ajukan lagi, dengan ditambahi sedikit cerita tentang penghargaan yang diraih Bang Deni. Alhamdulillah, masuk lima besar," kata Lyanta.

Ditanya seberapa besar perjuangan Deni dalam mempelajari IT, sehingga mampu mengambil hati juri. Dia membeberkan, awalnya Deni seorang guru yang selalu diremehkan karena gaptek. Namun, lantaran terus belajar guru berusia 36 tahun itu akhirnya mampu menguasai IT. Hingga dikirim ke Prancis oleh Kementerian Pendidikan bersama para guru inspiratif dari berbagai negara. 

"Beliau dianggap inspiratif lantaran ulet belajar IT, walaupun jaringan internet di tempat tinggalnya sulit. Beliau kadang naik pohon untuk mencari jaringan, sampai dikira orang stres," bebernya.

Lanjutnya, Deni kemungkinan akan menjadi pemeran utama dalam film dokumenter nanti. Di mana proses pembuatannya dimulai pada 21 September 2019. "Selain beliau, nanti ada beberapa pemeran pendukung," ujarnya.

Untuk membuat film dokumenter itu, Lyanta dan Abdi sebagai sutradara bakal dibantu tiga kru dari Metro TV. "Semua peserta dibantu tiga kru dari Metro TV. Jadi ini juga jadi ajang kompetensi di internal mereka," paparnya.

Usai Lyanta menceritakan proses keikutsertaannya dalam EADC 2019, tak lama kemudian mereka berpamitan. Dan ditutup dengan berfoto bersama. (ris/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X