419 Hotspot Kepung Kalsel, Terbanyak Selama 2019

- Sabtu, 14 September 2019 | 14:34 WIB

BANJARBARU - Semakin hari, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalsel terus bertambah. Jumat (13/9) kemarin kembali menjadi puncaknya, Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor mencatat pada pagi hari ada 419 titik panas atau hotspot yang mengepung Kalsel. Jumlah tersebut menjadi yang terbanyak sepanjang 2019.

 "Biasanya jumlah hotspot tidak sampai 400 Tapi, hari ini (kemarin) sampai 418 titik," kata Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor Bayu Kencana Putra.

Dia mengungkapkan, berdasarkan citra Satelit Terra Aqua titik panas paling banyak ditemukan di wilayah Hulu Sungai Selatan, dengan jumlah 78. Terbanyak kedua, Tapin (73 titik), disusul Batola (55 titik) dan Banjar (54 titik). "Untungnya, pada sore hari jumlah hotspot relatif berkurang," ujar Bayu. 

Banyaknya titik api yang muncul kemarin kembali membuat sejumlah wilayah diselimuti kabut asap. Hanya saja tidak sampai mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Syamsudin Noor. "Jarak pandang masih aman, paling rendah 500 meter itupun sangat pagi pada pukul 06.30 Wita," bebernya.

Masih pekatnya kabut pada pagi hari, membuat Pemko Banjarbaru melalui Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru menerbitkan surat edaran yang ditujukan kepada sekolah-sekolah agar mengubah jam belajar pada waktu pagi hari.

"Masuk sekolah yang semula pukul 7.30 Wita diubah menjadi pukul 8.30 Wita atau bisa sampai pukul 9.00 Wita, tergantung pekatnya kabut asap di sekitaran sekolah," ujar Kadis Pendidikan Banjarbaru M Aswan.

Dia menyampaikan, perubahan jam masuk sekolah dilakukan guna menghindarkan anak-anak dari paparan kabut asap. "Perubahan jam ini untuk semua sekolah di Banjarbaru. Tapi, hanya sementara ketika ada kabut saja," bebernya.

Selain mengubah jam masuk sekolah, Aswan mengungkapkan, dalam surat edaran itu pihaknya juga meminta agar pihak sekolah meniadakan kegiatan di luar kelas ketika kabut asap pekat. "Para guru saat ini juga rutin mengajak anak-anak untuk berdoa mengharapkan hujan. Agar karhutla bisa berkurang," ungkapnya.

Seperti halnya di SDN 1 Guntung Manggis, kemarin. Sebelum memulai pelajaran, para siswa dan guru terlebih dahulu berdoa bersama di lapangan sekolah dengan beralaskan terpal.

"Ini sebenarnya kegiatan rutin setiap Jumat. Kami membaca Surah Yasin, lalu baca doa. Tapi, karena marak karhutla dan kabut maka kami juga berdoa mengharapkan hujan turun," kata Kepala SDN 1 Guntung Manggis, Abdul Marwan.

 

Istisqa Batal, Diganti Salat Hajat

Rencana menggelar salat Istisqa, atau minta hujan di Halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin pagi ini, diganti dengan Salat Hajat. “Tak hanya minta hujan. Tapi juga minta keselamatan yang lain. Makanya diganti salat Hajat,” ungkap Kepala Kanwil Kemenag Kalsel, Noor Fahmi kemarin.

Perubahan ini setelah Ketua MUI, KH Husin Naparin meminta agar salat sunat yang digelar tak hanya meminta turun hujan belaka. “Beliau (Husin Naparin) meminta demikian. Agar salat besok (hari ini) tak hanya meminta hujan saja,” terang Fahmi.

Salat Hajat pagi ini sebutnya, sedikitnya akan diikuti sekitar dua ribu orang. Jemaahnya datang dari siswa madrasah termasuk para guru dan instansi vertikal. “Salat Hajat dimulai dari pukul 08.00 Wita,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akali Dana PNPM, Dituntut 1,9 Tahun Penjara

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:27 WIB

Balaskan Dendam Kawan, Keroyok Orang Hingga Tewas

Kamis, 28 Maret 2024 | 18:10 WIB

Setelah Sempat Dikeroyok, Seorang Pemuda Tewas

Kamis, 28 Maret 2024 | 08:00 WIB

Tim Gabungan Kembali Sita Puluhan Botol Miras

Selasa, 26 Maret 2024 | 16:40 WIB
X