Bank Mandiri mengokohkan diri untuk menjadi penyalur pembiayaan segmen mikro terbesar kedua di Indonesia. Komitmen tersebut tergambar dari penyaluran pembiayaan berskema Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada periode Januari - Agustus 2019 mencapai Rp15,03 triliun atau 60,13% dari target tahun 2019 yang sebesar Rp25 triliun. Sebesar Rp2,48 triliun di antaranya ditujukan kepada 32,416 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bidang pariwisata.
-- Oleh: SURIANSYAH ACHMAD, Bali --
MENURUT Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang, keberadaan UMKM penunjang sektor pariwisata sangat penting untuk memastikan kenyamanan wisatawan saat beraktivitas di lokasi tujuan wisata. Selain itu, mendorong perkembangan sektor pariwisata dimaksudkan untuk mendukung terciptanya pemerataan pembangunan ekonomi.
“Semakin banyaknya UMKM yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan wisatawan, diharapkan akan mendorong terjadinya persaingan yang sehat. Tentu ini akan berdampak pada peningkatan efisiensi dan kualitas layanan. Di samping dukungan optimal pelaku UMKM, akan menjadi salah satu daya tarik wisatawan,” beber Donsuwan dalam talkshow bertema Dukungan Bank Mandiri pada Pengembangan UMKM Sektor Wisata di Balai Desa Adat Kutuh, Badung Selatan, Kamis (12/9) lalu.
Hadir dalam talkshow tersebut, Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas, Kepala Desa Adat Kutuh, I Made Wena dan Kepala Desa Kutuh, I Wayan Purja yang turut memberikan testimoni bantuan Bank Mandiri. Bank Mandiri dalam kesempatan itu menyerahkan bantuan kepedulian sosial (CSR) sebesar Rp110 juta untuk membiayai pembangunan landmark patung dan taman wisata di Desa Kutuh.
Donsuwan menjelaskan, dukungan tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Kutuh sebagai salah satu desa wisata di Pulau Dewata serta membantu memperkuat perekonomian lokal.“Kegiatan CSR ini juga merupakan bagian dari komitmen dan keinginan Bank Mandiri untuk terus memakmurkan negeri,” katanya.
Ditambahkan Donsuwan, sebaran usaha obyek pembiayaan KUR pariwisata Bank Mandiri meliputi usaha penyediaan akomodasi (homestay) dan usaha kerajinan souvenir atau oleh-oleh makanan khas. Juga usaha restoran atau rumah makan, kafe, penyewaan transportasi termasuk kendaraan roda dua dan perahu.
"Sharing desa adat dan Bank Mandiri cerminan komitmen bersama membangun negeri. Sekaligus kesungguhan Bank Mandiri untuk menjadi penyalur pembiayaan segmen mikro terbesar kedua di Indonesia," tegasnya.
Lebih lanjut Donsuwan menjelaskan, pembiayaan KUR Mandiri telah menjangkau 7 dari 10 lokasi destinasi wisata yang diprioritaskan menjadi The New Bali. 7 lokasi dimaksud yakni Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung di Banten, Bromo Tengger, Borobudur di Jawa Tengah dan Mandalika di Lombok. Total limit yang disalurkan sebesar Rp251 miliar kepada 3.114 UMKM.
Selain dukungan pembiayaan, Bank Mandiri juga memberikan pendampingan kepada UMKM dalam pengelolaan usaha untuk meningkatkan penjualan. Salah satunya, melalui pelatihan khusus untuk memperkenalkan program promosi secara digital dan pemanfaatan solusi pembayaran online.
“Seperti program pelatihan bagi kelompok-kelompok usaha di Desa Kutuh, Bali ini. Kami menggandeng Google Business untuk memberikan materi edukasi terkait promosi produk di situs Google. Untuk pembayarannya bisa menggunakan alat pembayaran online Mandiri,” beber Donsuwan.
Bukan hanya itu imbuh Donsuwan, bagi pelaku UMKM pariwisata dari generasi muda, Mandiri juga memiliki program Wirausaha Muda Mandiri (WMM). Ini merupakan program kompetisi kreasi dan inovasi generasi muda dan mahasiswa. Diharapkan mereka bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan.
“Mereka memang belum mendapatkan pembiayaan KUR. Namun mereka sangat berpotensi mengingat program pelatihan dan pendampingan yang didapat. Seperti Nglanggeran Mart di Desa Wisata Nglanggeran, kawasan ekowisata Gunung Api Purba Yogyakarta. Usaha ini salah satu UMKM wisata alumni program WMM dan berhasil memberdayakan masyarakat untuk produk lokal berdaya saing unggul,” jelasnya.
Sementara itu Kepala desa adat Kutuh, I Made Wena memaparkan, Desa Kutuh adalah peraih juara 1 nasional dalam lomba desa kategori regional II (Jawa dan Bali) oleh Kementerian Dalam Negeri. Prestasi itu diraih dengan tidak mudah mengingat sebelumnya desa itu dikenal sebagai desa miskin.
Namun dengan usaha keras bersama warga desa, saat ini Desa Kutuh bisa menghasilkan pendapatan Rp50 miliar, dengan laba bersihRp14,5 miliar per tahun dari bisnis pariwisata. Keseluruhan aset desa senilai Rp 125 miliar dengan total kunjungan wisatawan di desa tersebut, mencapai 3 ribu orang per hari.
“Pembangunan berbasis masyarakat. Jadi desa bukan objek, tapi subjek pembangunan. Jadi harus pandai mengeksplor potensi desa. Kelebihan dan keunikan desa bisa membawa kepada kemajuan ekonomi," ungkap Kepala desa adat Kutuh, I Made Wena.
Saat ini, Desa Kutuh memiliki 9 unit usaha. Diantaranya Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Kawasan Wisata Pantai Pandawa, Gunung Payung Cultural Park, Area Paragliding, seni budaya Kecak, Unit Barang jasa, Unit Piranti Yatna (keagamaan), Unit Transportasi dan Unit Jasa Konstruksi. Selain itu, ada 3 unit layanan desa yang dikembangkan. Yakni, layanan panyukerta desa adat, kesehatan dan asuransi, serta wisata edukasi.
“Pendapatan terbesar dari pemanfaatan destinasi wisata. Utamanya paragliding yang bertarif USD 100 per 20 menit. Juga pengelolaan Pantai Pandawa. Ke depan, ada lahan desa yang menjadi lapangan sepak bola bertaraf internasional yang dibiayai menggunakan dana LPD sebesar Rp5 miliar, dan dana desa Rp 900 juta," bebernya.
Di bagian lain Donsuwan menjelaskan, secara nasional KUR Bank Mandiri yang disalurkan pada periode Januari - Agustus 2019 mencapai Rp15,03 triliun atau 60,13% dari target tahun 2019 yang sebesar Rp25 triliun. Dari kucuran tersebut, penyaluran KUR Mikro mencapai Rp1,2 triliun, KUR Kecil Rp13,8 triliun dan KUR TKI sebesar Rp17 miliar. “Sejauh ini masih on track. Kami optimistis bisa memenuhi target Rp25 triliun pada akhir tahun nanti,” tegas Donsuwan.
Berdasarkan sektor ekonomi tambahnya, penyaluran KUR Bank Mandiri ke sektor produksi hingga 31 Agustus mencapai Rp7,58 triliun, atau setara 50,47% dari total KUR tersalurkan. Sementara KUR yang diberikan ke sektor perdagangan mencapai Rp7,44 triliun atau 49,53%.
Di sektor produksi, penyaluran ke sub-sektor pertanian tercatat Rp2,61 triliun, sementara ke sub-sektor perikanan Rp34,71 miliar. Khusus ke sub-sektor industri pengolahan, KUR mencapai Rp558,19 miliar, sub-sektor pertambangan sebesar Rp1,91 miliar dan sub-sektor jasa produksi Rp.4,37 triliun.
Secara regional, penyaluran KUR terbesar Bank Mandiri sampai Agustus 2019 di wilayah Jawa Timur dengan total limit Rp3,21 triliun kepada 47.041 debitur. Kemudian wilayah Jawa Tengah dengan total limit Rp2,33 triliun kepada 32.185 debitur. Khusus di wilayah Bali, sebesar Rp515 miliar kepada 4.459 debitur UMKM.
“Kami terus menjaga kualitas penyaluran KUR. Karena komitmen itu, rasio kredit bermasalah KUR kami juga terjaga sangat baik di kisaran 0,56%. Untuk mendukung itu, hingga Agustus 2019, Bank Mandiri memiliki 28.630 agen banking yang terdiri dari agen mandiri dan agen bansos di seluruh Indonesia ,” kata Donsuwan. (ran/ema)