Sehari-hari Bergaul dengan Racun

- Kamis, 19 September 2019 | 11:51 WIB

Segelintir tukang sepuh masih bertahan di Banjarmasin. Salah satunya adalah Muhammad Aini. Hampir dua puluh tahun ia menekuni pekerjaan itu. Sampai kedua anaknya menjadi guru dan perawat.

-- Oleh: MAULANA, Banjarmasin --

TAHUN 80-an, Aini mulai menggeluti usaha sepuh perhiasan. Keahlian itu diwarisinya dari almarhum mertua, Haji Rafii.

Dulu dia hanya buruh toko di Pasar Baru. Lelaki kelahiran Amuntai tahun 1955 itu kini tinggal di Jalan Kuin Selatan, Banjarmasin Selatan.

Peralatan kerjanya sederhana. Toples bekas dijadikan wadah pencelup. Segala jenis perhiasaan ia terima. Dari emas dan perak. Gelang, kalung, atau cincin bermata batu akik.

Tokonya juga sederhana. Meja kecil ditempelkan ke tiang pondasi pasar. Dia mulai bekerja sejak jam 9 pagi sampai jam 5 sore.

Lapaknya diberi nama 'Irama'. Nama itu peninggalan sang mertua. Karena mertuanya penggemar berat musik keroncong. "Dulu usaha mertua yang memakai nama ini. Beliau wafat, saya teruskan saja," kenangnya.

Di Pasar Kujajing, Jalan Pasar Baru, lapaknya mudah dicari. Berada di lorong dekat parkiran sepeda motor. Dikelilingi pedagang jam tangan dan kaca mata.

"Dulu sempat di lantai atas pasar. Beberapa tahun kemudian pindah ke bawah," ujarnya. Pengelola pasar biasanya menarik Rp40 ribu per bulan untuk sewa lapak itu.

Cara kerjanya, Aini merendam perhiasan dengan air putas. Sementara listrik disengatkan memakai adaptor sederhana. Gunanya untuk merontokkan kotoran. Sebelum dipoles, harus dibersihkan dulu. Perhiasan kemudian dikeringkan dengan sorot lampu pijar.

"Jika kilapnya hendak awet, ya tergantung pemakaian si pemakai. Kalau keseringan kena deterjen atau sabun mandi, makin cepat pula pudarnya," jelas Aini.

Tahun demi tahun berlalu, pendapatan Aini kian seret. Tapi dia enggan berpindah pekerjaan. Aini sudah cukup bersyukur dengan apa yang ia peroleh saat ini.

"Dulu, sebelum kerusuhan Jumat Kelabu (23 Mei 1997), sehari bisa bawa duit Rp200 ribu ke rumah. Sekarang, upahnya tak seberapa," kisahnya.

"Tapi namanya rejeki sudah diatur tuhan, tinggal menjalani saja, alhamdulillah bisa menguliahkan anak sampai menjadi orang," lanjutnya.

Aini memang tak meminta banyak. Tarifnya Rp10 ribu per sepuh untuk emas. Rp5 ribu untuk perak. "Macam-macam yang datang kemari. Dari polisi, pegawai kejaksaan, sampai kolektor cincin. Terkadang, mereka ngasih upah lebih," ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X