BANJARMASIN – Diantara sekian banyak pecatur yang berlaga di Kejuaraan Catur Cepat terbuka Rektor ULM Cup IV 2019, ternyata ada satu pecatur yang menarik perhatian. Yakni, seorang pecatur tuna netra asal Kota Banjarbaru, Abdul Rahmansyah. Paralimpian binaan National Paralympic Comitee (NPC) Kalsel ini bahkan tak gentar melawan para pecatur normal di ajang tersebut.
“Saya tetap percaya diri, walaupun lawan yang saya hadapi adalah pecatur normal menyandang gelar master sekalipun,” ungkap Abdul, di Aula Rektorat ULM Banjarmasin, kemarin (20/9).
Ditambahkan Abdul, dirinya tak kesulitan menggerakkan pion catur yang biasa dimainkan oleh para pecatur normal.
“Bidak catur khusus tuna netra beda dengan yang normal. Yakni, bentuk bidaknya diberi tambahan bilah kayu di bagian dasarnya. Dan petak caturnya juga diberi lubang, sehingga bisa diraba dan bidaknya bisa diletakkan dengan sempurna agar tidak goyang,” sebutnya.
Lantas bagaimana cara Abdul Rahmansyah memainkan bidak catur normal yang tanpa bilah tambahan serta lubang di tiap petaknya? Rupanya paralimpian catur Kota Banjarbaru itu punya cara tersendiri.
“Saya mengandalkan indra peraba. Jadi setiap saya menyentuh bidak-bidak catur, saya bisa tahu jenis bidak catur tersebut. Dengan daya penglihatan yang terbatas, saya masih bisa sedikit melihat petak-petak catur, sehingga bisa melakukan langkah dengan benar,” papar pecatur yang pernah berlaga di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV Riau 2012 tersebut.
Ditanyakan mengenai pengalaman tanding, Abdul Rahmansyah pernah remis atas pecatur bergelar master nasional asal Kotabaru, Zainal Arifin, beberapa tahun lalu. “Mudah-mudahan, di kejuaraan Rektor ULM Cup IV 2019 ini, saya bisa menang,” harapnya.(oza/ema)