Cuaca Panas, Ikan pun Mati

- Jumat, 27 September 2019 | 12:00 WIB

MARTAPURA - Panasnya cuaca dalam beberapa bulan terakhir membuat sungai di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar surut. Hal itu pun mulai berdampak ke para petambak yang memanfaatkan aliran airnya untuk membudidayakan ikan dengan keramba.

Di mana, dalam beberapa pekan terakhir, ikan milik para petambak yang ada di sepanjang sungai mulai banyak yang mati lantaran surutnya air.

Salah satunya milik salah seorang petambak bernama Ahan. Setiap harinya, ada puluhan ikan di kerambanya yang tiba-tiba mati. "Semenjak bulan ini, Mas, mulai banyak ikan yang mati," katanya kepada Radar Banjarmasin.

Dia menduga, ikan banyak yang mati lantaran kekurangan oksigen akibat surutnya air. "Debit sungai sekarang mungkin hanya sekitar tiga meter. Padahal idealnya untuk ikan harus di atas enam meter," ucapnya.

Lanjutnya, selain banyak yang mati, ikan di kerambanya juga nafsu makannya berkurang. "Biasanya dalam satu keramba, pakan 30 kilogram bisa habis selama dua hari. Tapi sekarang sampai empat hari tidak habis-habis," ujarnya.

Nasib sama dialami Fauzan, petambak lain yang meletakkan kerambanya di aliran sungai di Karang Intan. Dia mengungkapkan, banyaknya ikan yang mati membuat hasil panennya berkurang cukup banyak. "Bulan ini ada panen, dalam satu keramba yang biasanya dapat menghasilkan 700 kilogram ikan tapi tadi cuma ada 500 kilogram," ungkapnya.

Dengan hasil itu, dia pun tidak lagi mengisi bibit ke keramba yang sudah kosong lantaran takut merugi. "Menunggu musim hujan tiba saja baru mengisi bibit, kalau kemarau seperti ini banyak ikan yang mati karena sungai surut," bebernya.

Surutnya sungai sendiri diduga diakibatkan oleh menurunnya debit Waduk Riam Kanan. Sebab, air yang mengalir ke sungai berasal dari waduk yang berada di Kecamatan Riam Kanan tersebut. "Setiap tahun memang seperti ini, kalau waduk surut, sungai juga surut," ucap Fauzan.

Secara terpisah, Assistant Manager Komunikasi pada PLN Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran Kalimantan, Niki Rendra Adisetiawan membenarkan jika debit Waduk Riam Kanan saat ini turun drastis. "Debit airnya cuma 55,5 meter. Menyusut sekitar 10 meter dibandingkan hari biasa, saat curah hujan cukup," paparnya.

Menurutnya, surutnya air waduk memang bisa berdampak ke masyarakat sekitar yang selama ini memanfaatkan aliran air dari waduk. "Maka dari itu, baru-baru ini kami telah mengimbau para warga di bawah aliran agar dapat menyesuaikan surutnya waduk. Apalagi bagi petani ikan yang punya keramba di aliran sungai," bebernya.

Selain berdampak ke masyarakat, menyusutnya air waduk juga mengganggu operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir PM Noor. Di mana saat ini hanya satu turbin yang bisa dinyalakan. "Dari tiga turbin yang ada, dua turbin terpaksa kita matikan supaya arus air yang surut bisa digunakan dengan maksimal," kata Niki.

Ditambahkannya, hanya dioperasikannya satu turbin membuat PLTA hanya bisa menghasilkan daya listrik 10 megawatt. "Kalau ketiga turbin beroperasi daya yang dihasilkan PLTA normalnya bisa 30 megawatt," tambahnya.

Namun, walaupun begitu dia memastikan hal itu tidak mengganggu sistem kelistrikan di Kalsel. "PLTA Riam Kanan tidak terlalu berpengaruh, karena hanya bagian kecil pembangkit yang ada di Kalimantan. Kalau di sana dayanya sedikit, masih ada pembangkit lain yang bisa menyuplai listrik. Seperti, PLTU Asam-Asam, PLTU Teluk Balikpapan dan lain-lain," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X