PDAM Tak Mampu Berbuat Banyak, Ongkos Embung Terlalu Mahal

- Selasa, 1 Oktober 2019 | 11:19 WIB

BANJARMASIN - PDAM Bandarmasih tak mampu berbuat banyak mengatasi krisis air bersih selama kemarau. Sepekan terakhir, pengolahan air baku dari Sungai Bilu terpaksa dihentikan lantaran kadar garam di Sungai Martapura melonjak.

Solusi satu-satunya, PDAM harus mendistribusikan air secara manual. Mengandalkan truk tangki dan mobil pikap pengangkut air bersih ke kampung-kampung. Itupun masih jauh dari kata cukup.

“Kami sudah menurunkan 10 buah armada truk tangki. Untuk yang di gang-gang, juga kami suplai menggunakan pikap dengan tandon,” kata Dirut PDAM Bandarmasih, Yudha Achmadi, kemarin (30/9).

Yudha mengakui, mereka tak bisa memastikan apakah ketersediaan air sudah tercukupi. Karena itu ia mempersilakan warga untuk membuat surat permohonan permintaan air bersih jika ada keperluan mendesak.

“Silakan masyarakat mendatangi PDAM. Minimal dengan surat permohonan yang ditandatangani beberapa warga dan Ketua RT. Akan kami kirim nanti,” ucapnya.

Itulah solusi yang bisa diberikan PDAM saat ini. Selebihnya, mereka berharap pada alam. Menunggu hujan benar-benar turun merata di seluruh wilayah Kalsel. Terutama di bagian hulu sungai.

“Hujan memang turun beberapa hari terakhir. Tapi masih belum bisa mendorong intrusi air laut ke muara. Kadar garam yang masuk ke Sungai Martapura masih terlalu tinggi,” tegasnya.

Berdasarkan data yang tercatat di Intake Sungai Bilu kemarin (30/9) siang, kadar garam masih berada di angka 1.500 miligram per liter. Jauh sekali dari ambang batas maksimal 250 miligram per liter.

Naik dan turun kadar garam ini bahkan bisa berubah dalam hitungan jam saja. Contoh, dua hari yang lewat, kadar garam menembus angka 6.075 miligram per liter. Terparah dalam empat tahun terakhir.

Yudha menyebut, kondisi ini merupakan siklus empat tahunan. Efek dari kemarau panjang. “Kalau diingat-ingat, 2011 juga pernah terjadi. Selanjutnya 2015. Kemudian tahun ini,” ucapnya.

Delapan tahun berlalu, apakah PDAM tak belajar dari pengalaman? Yudha hanya tersenyum. Dia meminta maklum, PDAM sedang kekurangan anggaran.

Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina menceritakan, sebenarnya PDAM pernah berencana membuat embung. Sebagai penyimpan air baku cadangan. Tapi gagal lantaran ongkosnya terlampau mahal. Pemko tak sanggup membiayainya.

“Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp400 miliar. Sementara situasi PDAM saat ini juga tak ada investasi besar,” ujarnya di gedung dewan, kemarin.

PDAM sebenarnya punya satu intake khusus pengolah air asin menjadi air tawar. Letaknya di Pulau Bromo. Hanya saja kapasitasnya terlampau kecil. Tak cukup untuk ratusan ribu pelanggan di Banjarmasin.

Selain itu, metode pengolahannya pun rumit. Karena terlebih dulu mesti memisahkan endapan lumpur sungai. Setelah itu baru bisa diolah menjadi air tawar.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X