BANJARMASIN - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kalsel mendatangi Polda Kalsel, kemarin. Mereka bermaksud menemui Kapolda Irjen Pol Yazid Fanani untuk menyodorkan empat pernyataan sikap.
Kedatangan ini berkaitan dengan tewasnya seorang anggota IMM, Randi. Mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara itu menjadi korban dari bentrokan unjuk rasa menentang revisi UU bermasalah di depan Gedung DPRD Sultra, Kamis (26/9).
Dalam pertemuan di ruang Monitoring Center, Ketua DPD IMM Kalsel, Ahmad Zaini menyampaikan IMM Kalsel mengecam berbagai tindakan represif pihak keamanan kepada mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa.
Dia mengatakan aparat seharusnya mengedepankan cara-cara persuasif serta lebih manusiawi dalam upaya untuk menjaga kondusif selama berlangsung aksi.
IMM Kalsel juga mendesak kepada pihak kepolisian untuk segera melakukan investigasi terhadap meninggalnya Randi dalam jangka waktu seminggu ke depan. Jika tidak, pihaknya akan melakukan aksi solidaritas di depan Polda Kalsel.
Setelah membaca dan mendengar pernyataan sikap DPD IMM Kalsel, Kapolda Kalsel, Irjen Pol Yazid Fanani menyatakan sepakat dan siap menandatangani pernyataan sikap yang disampaikan. Hanya saja, dari empat pernyataan sikap tersebut, Yazid meminta agar poin keempat dapat dilonggarkan batas waktu yang diminta, karena kejadian ini tidak terjadi di Kalsel.
Yang bisa dilakukan Polda Kalsel, terang jenderal bintang dua ini, akan mendorong dan memberikan saran di Mabes agar masalah ini cepat selesai dan pelakunya segera terungkap. “Mudah-mudahan tidak terlalu lama sudah terungkap, hasilnya bagaimana segera disampaikan ke IMM,” jelasnya.
Yazid juga mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Randi. Dia berharap kejadian yang menimpa kader IMM di Sutra tidak terulang lagi di kemudian hari. (gmp/ran/ema)
