BANJARMASIN - Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin mendadak ramai, Jumat (4/10) sore kemarin. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (Aliansi BEM-SI) menyuarakan penolakan pegunungan Meratus untuk di eksplorasi industri.
Manariknya, turut hadir dalam aksi ini, Koordinator Pusat Aliansi BEM-SI, Muhammad Nurdiansyah yang merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bandung. “Isu save meratus bakal diperjuangkan Aliansi BEM-SI di tingkat nasional. Ini menjadi bagian yang tak terpisahkan gerakan rakyat,” ujar Nurdiansyah berorasi dari atas mobil pikap di tengah jalan, sementara mahasiswa lainnya membentang spanduk bertuliskan save meratus.
Nurdiansyah pun berharap, warga bumi Lambung Mangkurat lebih peduli lingkungan, terutama isu eksploitasi meratus. “Ini gerakan aksi solidaritas kami, memberitahukan kondisi Meratus kepada warga Kalsel,” tambahnya.
Sementara, Ketua BEM ULM Ahmad Jamaluddin bersuara, pihaknya akan terus berupaya menempuh jalur-jalur non litigasi untuk menyelamatkan meratus dari aktivitas pertambangan. “Meratus merupakan benteng terakhir paru-paru dunia, jika sampai dijamah maka cadangan air baku, lingkungan hingga pertanian bisa terancam,” ujar Jamal.
Sebelumnya, Direktur Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono menyambangi mahasiswa di titik kumpul, Halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Disana dia menyampaikan Pegunungan Meratus adalah satu satunya rimba terakhir yang perlu diselamatkan.
Dipaparkannya, dari luas 3,7 hektare lahan yang ada di Kalsel, 50 persen diantaranya berupa areal tambang dan perkebunan sawit. “Pegunungan Meratus memberikan udara bersih, air baku untuk kebutuhan minum, hingga lahan pertanian yang subur, oleh karena itu merupakan kewajiban kita semua menjaga Pegunungan Meratus,” ujar Kis.
Melalui Walhi sebutnya, pihaknya sudah menempuh berbagai cara untuk memperjuangkan Meratus termasuk menempuh jalur litigasi maupun jalur non litigasi. “Gubernur, DPRD Kalsel, DPR RI dan DPD RI yang terpilih harus pro rakyat. Satu kata selamatkan Meratus dari eksploitasi,” tegasnya. (mof)
