Banua Anyar Bau Menyengat, Kerugian Capai Rp1,2 Miliar

- Senin, 7 Oktober 2019 | 13:10 WIB

BANJARMASIN - Seluruh petambak ikan bawal yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Banua Anyar dipastikan rugi besar tahun ini. Bahkan, diperkirakan ada yang sampai kehabisan modal karena ikannya berubah menjadi bangkai.

Pasalnya, hampir semua ikan yang siap panen mati mendadak karena intrusi air laut yang sedang mencemari Sungai Martapura. Dibarengi hujan deras yang mengguyur tiba-tiba, berton-ton ikan itu rupanya tak siap beradaptasi.

Bayangkan saja, ada sekitar 70 petambak yang tergabung dalam Gapoktan Banua Anyar. Rata-rata seorang petambak memiliki antara 10 sampai 30 keramba.

Wakil Ketua Gapoktan Banua Anyar, Muhammad Habhan menyebutkan, ada sekitar 600 keramba yang dibangun di sepanjang Sungai Martapura. Dijelaskannya, tak semua keramba diisi dengan ikan yang siap panen, ada juga yang diisi dengan bibit.

Kalau dihitung-hitung, ada sekitar 400 keramba yang sudah siap panen. Biasanya satu keramba berisi 300 kilogram ikan. "Jika dalam satu keramba ada 200 kilogram saja yang mati, dikalikan 400 keramba, bayangkan berapa ton ikan yang mati," bebernya.

Total, ada 80 ton ikan bawal yang menjadi bangkai. "Kalau dikalikan Rp15 ribu per kilogram, artinya hampir Rp1,2 miliar kerugian yang diderita petambak," jelasnya.

Ikan yang sudah mati memang masih bisa dijual, tapi harganya anjlok. "Memang masih bisa dijual ke Cindai Alus untuk digiling menjadi pakan ternak. Tapi harganya cuma seribu rupiah," ungkapnya.

Menurutnya, peran serta Pemko Banjarmasin dalam usaha ini sangat penting. Andaikan ada pasokan informasi mengenai kadar garam atau cuaca ekstrem yang akan datang, mereka bisa mengantisipasi terlebih dahulu.

"Andai kami tahu kondisi air sungai dan kapan hujan akan datang, kami bisa mengantisipasi. Dengan cara tidak memberi makan ikan. Karena dengan lapar, mereka justru kuat. Jika kekenyangan, ikan sangat mudah mati menghadapi perubahan cuaca yang berubah drastis," ujarnya.

Melihat kondisi sekarang, tak ada sedikit pun perhatian dari pemko. Padahal ini fenomena paling mengerikan yang mereka pernah hadapi.

"Yang saya pikirkan, bagaimana nasib para petambak yang sudah tak memiliki modal. Ikannya sudah mati semua. Tak punya bibit lagi. Peran pemko sangat penting pada masa sulit seperti ini," harapnya.

Ternyata Banjarmasin adalah salah satu pemasok ikan bawal terbesar di Kalimantan. Mereka kerap memasok ke Pontianak, Samarinda, Sampit, dan Palangka Raya.

"Saya dengar, bahkan Pontianak setelah mendapatkan pasokan ikan bawal dari Banjarmasin, langsung dikemas ulang untuk diekspor keluar negeri. Tapi khusus ukuran besar, misalkan satu ikan dengan berat satu atau dua kilogram," kisahnya.

Habhan mempunyai tips untuk mengurangi volume kematian pada ikan saat air sedang tidak stabil. Yakni dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan mesin air. Tapi karena keterbatasan, tidak semua petambak memiliki mesin tersebut.

"Semoga pemerintah bisa membantu kami. Satu mesin seharga Rp2 juta, sudah bisa dipakai sekitar 30 keramba. Itu sangat membantu pengurangan tingkat kematian ikan," tukasnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X