Kalayangan Pagat, Grup Band yang Kampanyekan #SaveMeratus

- Selasa, 8 Oktober 2019 | 10:20 WIB

Melalui dua lagu berjudul Merakus dan Rimba Terakhir, band bergenre rock alternatif, Kalayangan Pagat, menyampaikan pesan kepada khalayak bahwa Pegunungan Meratus tak boleh dicederai. 

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Barabai --

Investor beserta koleganya makin kaya, halalkan semua agenda. Hutan, sawah, alam raya, paru-paru dunia, disulap menjadi gedung belantara...

Lirik lagu Rimba Terakhir, itu menggema nyaring bersamaan dengan petikan gitar dan tabuhan drum, yang dimainkan lima personel Kalayangan Pagat. Mengentak lapak seni di kawasan objek wisata Limbuhang Haliau, Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), pada Sabtu (5/10) yang terik.

Kabupaten HST, menjadi wilayah terakhir yang disinggahi band asal Banjarmasin, itu. Sebagai penutup gelaran bertajuk ‘Akhir Pekan Tour’, yang dimulai sejak 17 Agustus hingga 6 Oktober ke berbagai kota di Kalimantan. Mulai dari Samarinda, Balikpapan, Palangkaraya, Banjarbaru, Banjarmasin dan berakhir di Barabai.

Di kota-kota yang disinggahi, lagu Merakus dan Rimba Terakhir menjadi andalan. Isu lingkungan mereka kemukakan. Tidak hanya sebagai pengingat, namun juga bentuk perlawanan terhadap mereka yang tidak pernah kenyang mengeksploitasi alam.

“Kedua lagu itu dan gelaran Akhir Pekan Tour, muncul karena keresahan kami terhadap pengrusakan lingkungan. Kemudian, isu Pegunungan Meratus yang hendak ditambang,” ucap salah satu personel, Ayub Simanjuntak.

Ya. Masing-masing personel Kalayangan Pagat, sadar, apabila Pegunungan Meratus dikeruk maka tidak menutup kemungkinan berbagai bencana bakal muncul. Mulai dari bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, bahkan bisa jadi gempa bumi. Disusul hilangnya tempat bermukimnya beragam makhluk hidup, hingga masyarakat adat.

Tidak hanya menggelar pentas musik. Para personel Kalayangan Pagat, juga menyempatkan diri mengunjungi dua wilayah di Kabupaten HST yang sebelumnya terpapar isu pertambangan. Yakni, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT) dan Kecamatan Hantakan. Di sana, mereka berbincang dengan warga setempat.

Dengan mengunjungi beberapa kawasan itu, masing-masing personel ingin lebih dekat dengan masyarakat dan mengetahui lebih jauh persoalan, terkait isu pertambangan yang menimpa Kabupaten HST.

Terkait hal itu. Bassis Kalayangan Pagat, Mukti, mengungkapkan perbincangannya dengan salah seorang warga. Menurut Mukti, ada sejumlah harapan yang disampaikan kepadanya. Khususnya, terkait solusi agar tak ada seorang pun yang bisa melakukan aktivitas pertambangan di Kabupaten HST.

“Salah satunya, yakni dengan lebih memperhatikan sektor pariwisata. Di Kabupaten HST, sektor pariwisatanya lebih banyak bergantung dengan keindahan alam. Apabila ada pertambangan, maka otomatis, pariwisatanya pun bakal redup seiring tak adanya lagi keindahan alam yang bisa dilihat,” ungkap pemuda berambut cepak, itu.


Selain menyoroti persoalan tambang yang melingkupi kawasan Pegunungan Meratus di Kabupaten HST, Kalayangan Pagat juga menyoroti persoalan bencana lain. Yakni kabut asap yang terjadi di tiap tahun. Sebagai contoh, saat melakukan konser di Banjarmasin. Band yang dibentuk sejak Februari tahun 2009, itu bersama sederet band lokal di Kalsel dan Kalteng, menggelar pentas kolektif bertajuk ‘Isap Asap’.

Digelar pada Minggu 29 Agustus, mereka menyuarakan protes terhadapbencana kabut asap, akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi. Khususnya yang ada di Kalimantan. Dalam pentas, pihak penyelenggara juga membuka donasi dalam bentuk menjual beberapa souvenir.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X