Ofisial, Pelatih, dan Panitia Baku Hantam di Kejuaraan Karate

- Selasa, 15 Oktober 2019 | 13:03 WIB

Keinginan Lemkari Kabupaten Banjar untuk menyelenggarakan kejuaraan karate bergengsi untuk pertama kalinya, nyaris gagal. Pasalnya, dalam kejuaraan karate yang digelar di Guest House Sultan Suriansyah Martapura, Jumat (11/10) hingga Minggu (13/10) diwarnai kericuhan. Panitia pun menjadi kebingungan, reputasi mereka jadi taruhan.

-- Oleh: Fauzan Ridhani, Martapura --

Kericuhan di Kejuaraan Karate Lemkari Open DPRD Banjar Cup 2019 terjadi Sabtu (12/10) siang. Kala itu, pertandingan kumite sempat dihentikan karena menuai protes dari salah satu ofisial. Kerasnya sikap protes salah satu ofisial tersebut direspons dengan panas oleh panitia pelaksana. Akhirnya, terjadilah saling dorong antara keduanya. Hal ini kemudian memantik emosi rekan-rekan sesama panitia, ofisial, serta para peserta yang semuanya adalah karateka.

Tak ayal, matras tempat pertandingan kumite menjadi TKP baku hantam massal yang brutal dan tak terkendali. Mendengar ribut-ribut di arena pertandingan, membuat Yusfiansyah, Yanto, dan Alfi Safari terkejut. Mereka adalah bagian dari panitia inti kejuaraan ini. Kala itu, mereka sedang sibuk menyiapkan nasi tumpeng sebagai bahan syukuran event perdana Lemkari Kabupaten Banjar ini.

“Kami lihat suasana sudah kacau. Kami sampai bingung bagaimana caranya supaya bisa melerai kericuhan tersebut. Bahkan saya dan kawan-kawan sempat terkena pukulan juga,” ujar pria yang akrab disapa Yusfi itu.

Ketiganya berada di tengah-tengah para karateka yang mengamuk. Dalam situasi tak kondusif itulah, kemudian semua yang ricuh kompak menyanyikan lagu ulang tahun dan di antaranya membawa kue ultah. Yusfi, Yanto, dan Alfi yang tadinya bingung jadi terdiam sejenak. Mereka kemudian sadar sudah jadi korban prank.

“Kami bertiga berulang tahun di tanggal yang sama, 12 Oktober. Saya kelahiran 1977, sementara Yanto dan Aldfi Safari kelahiran 1978. Tadinya, kami ingin momen ultah ini dirayakan bareng dengan syukuran Lemkari Kabupaten Banjar, rupanya teman-teman sudah mengatur skenario prank ini,” kata Yusfi sambil tertawa.

Yusfi mengaku sempat pasrah, karena kondisi kericuhan tersebut sudah tak terkendali.

“Bahkan, ada beberapa karateka yang juga tak tahu kalau itu prank. Mereka terpantik emosi sungguhan, dan kemudian juga terlibat baku hantam. Ketika menyadari bahwa itu prank, mereka semua saling berpelukan, ketawa ketiwi, dan meminta maaf,” sambung pria yang juga anggota Majelis Sabuk Hitam (MSH) Lemkari Kabupaten Banjar itu.

Kejuaraan ini berlangsung dengan sukses. Lemkari Kabupaten Banjar menjadi juara umum dengan 29 medali emas, 19 perak, dan 42 perunggu. Disusul Lemkari Kabupaten Kotabaru dengan 15 medali emas, 17 perak, dan 11 perunggu. Sementara di peringkat ketiga diraih oleh Lemkari Banjarmasin/Dojo Mahligai dengan 7 emas, 10 perak, dan 13 perunggu.(dye/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X