Melihat Akvitas Masyarakat pada Arba Mustamir, Hari Wingit Terakhir di Bulan Safar

- Kamis, 24 Oktober 2019 | 12:11 WIB

Kemarin merupakan hari Rabu terakhir pada bulan Safar atau disebut dengan Arba Mustamir. Arba Mustamir sendiri diyakini sebagian masyarakat sebagai hari sial, karena dipercaya pada hari itu ribuan bala diturunkan. Radar Banjarmasin pun mencoba melihat aktivitas masyarakat pada hari yang dianggap sial tersebut.

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Untuk melihat aktivitas masyarakat, penulis mendatangi sejumlah tempat keramaian di sekitar Banjarbaru dan Martapura. Seperti pasar, taman, jalan raya dan lain-lain.

Di mulai dari kawasan Banjarbaru, jalan raya tampak biasa-biasa saja. Tanpa ada perubahan berarti dibandingkan dengan hari-hari biasa. Termasuk di Pasar Batuah Banjarbaru, sejumlah toko dan warung terlihat masih buka.

Penulis kemudian menyisiri Jalan A Yani dari Pasar Batuah Banjarbaru sampai ke Simpang 4 Lampu Merah Sekumpul. Di sepanjang jalan, suasana terlihat sama dengan hari-hari yang lain, kendaraan juga masih banyak yang lalu lalang.

Namun, ketika memasuki Jalan Sekumpul, Martapura, beberapa toko tampak tutup. Termasuk toko-toko yang ada di pasar sejumput; tidak jauh dari persimpangan Jalan Sekumpul, terlihat banyak yang tutup.

Di dekat persimpangan itu, penulis menghampiri salah seorang penjual es temulawak yang sedang beristirahat di dekat gerobaknya.

Pria bernama Mawardi itu mengungkapkan bahwa penjualan temulawaknya jauh menurun dibandingkan hari biasanya. "Mungkin karena Arba Mustamir, banyak orang yang memilih tidak keluar rumah untuk menghindari bala. Jadi jualan saya sepi," ungkapnya.

Dia pun menunjuk salah satu toko yang ada di belakangnya. "Ini saja tutup, padahal pada hari-hari biasa buka sampai malam. Beberapa toko di lain juga tutup," ujarnya.

Kakek 11 cucu ini menyampaikan, dalam tradisi sebagian masyarakat Banjar di hari Rabu terakhir pada bulan Safar atau disebut dengan Arba Mustamir diturunkan 1000 bala. Sehingga, masyarakat memilih untuk berdiam diri di rumah. "Orang-orang di rumah bukan hanya untuk menghindari bala atau sial, tapi juga berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah," ucapnya.

Sementara dirinya terpaksa masih harus berjualan lantaran perlu uang untuk keperluan rumah tangganya. "Kalau tidak berjualan, tidak bisa beli beras. Tapi, saya tetap berhati-hati dan menjauhi tempat yang berbahaya," jelas pria berusia 65 tahun ini.

Mawardi menuturkan, tempat dia berjualan sebenarnya tidak di Jalan Sekumpul. Melainkan, di Pasar PPS yang berada tidak jauh di Pos Lantas Simpang 4 Sekumpul. Akan tetapi, karena Arba Mustamir dirinya memilih untuk tidak ke sana. "Kalau ke sana saya harus menyeberangi Jalan A Yani. Takut kalau sial dan tertabrak mobil," bebernya.

Sebab, menurut kepercayaannya sial atau bala yang ada pada Arba Mustamir adalah kecelakaan, pembunuhan dan celaka-celaka lainnya. "Jadi lebih baik berjualan di sini saja, dari pada harus menyeberangi jalan raya," tuturnya.

Terkait tradisi sebagian masyarakat yang mempercayai bahwa pada Rabu terakhir bulan Safar diturunkan ribuan bala. Ketua Bidang Fatwa MUI Kalsel, Abdussamad Sulaiman menyampaikan jika sebenarnya tidak ada bulan ataupun hari sial di dunia ini.

"Dalam hadisnya, Nabi Muhammad menyampaikan, jangan kamu menjelek-jelekkan bulan. Karena, Allah yang menciptakannya. Sementara ciptaan Allah semuanya baik. Jadi tidak ada sebenarnya bulan yang jelek atau sial," jelasnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X