Was-was Saat Tongkang Melintas, Fender Jembatan Rumpiang Belum Diperbaiki

- Sabtu, 26 Oktober 2019 | 10:59 WIB

MARABAHAN - Rombongan Komisi III DPRD Provinsi Kalsel memulai program kerjanya di Batola, Jumat (25/10). Dipimpin langsung Ketua Komisi 3 DPRD Kalsel, Syahrujani, mereka langsung meninjau fender (pelindung tiang) Jembatan Rumpiang paska di tabrak tugboat batubara Selasa (24/9/2019) lalu.

Selain didampingi Bupati Batola Normiliyani AS, Komisi III juga memboyong pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XI Banjarmasin. Bukan hanya meninjau fender Jembatan Rumpiang, rombongan juga menyempatkan melihat reruntuhan rumah warga dan pos jaga Dishub Batola yang beberapa waktu lalu di tabrak tongkang batubara.

Menurut Ketua Komisi 3 DPRD Kalsel, Syahrujani kedatangan mereka ke Batola merupakan program kerja yang sudah direncanakan. Dengan tujuan melihat fender Jembatan Rumpiang yang sudah ditabrak sekitar empat kali. "Kami juga baru tau pos pelabuhan dan rumah warga di Pasar Marabahan juga di tabrak tongkang batubara. Dan kami juga menyempatkan untuk melihatnya," ujarnya.

Syahrujani menambahkan, merek tidak akan tinggal diam dengan kecelakaan yang dilakukan tongkang pengangkut batubara di Marabahan. Pihaknya akan mem-follow up seperti apa aturan dan tindakan yang akan dilakukan. Akan kami koordinasikan lagi dengan pemerintah daerah hingga pemerintah pusat, agar kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali.

Sementara itu Kepala Tata usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XI Banjarmasin, Mutaal Badrun mengungkapkan untuk fender Jembatan Rumpiang sudah mengalami penggantian sebanyak empat kali. Yang diakibatkan hal serupa, ditabrak tongkang batubara. Tepatnya pada tahun 2014, 2015, 2017, dan 2019 ini.

"Karena sudah terlalu sering ditabrak, kami berharap pihak pelayaran tongkang harus pakai jasa assis (kapal pandu). Tinggi muatan juga harus diperhatikan, karena sering mengenai lantai jembatan,” ujarnya.

Sementara itu, berkaitan dengan perbaikan fender, Mutaal mengatakan, seluruh biaya pembuatan fender diserahkan kepada pihak penabrak. Pihaknya sudah membuat desain fender dan biaya yang diperlukan. "Biaya pembuatan fender ini sekitar Rp2,3 miliar," ungkapnya seraya mengatakan perbaikan hanya menunggu pihak penabrak melakukan lelang proyek tersebut.

Kepastian pihak perusahan penabrak fender Jembatan Rumpiang untuk membangun kembali, menurut Mutaal, sudah disepakati melalui surat pernyataan. Lengkap dengan langkah preventif untuk menghindari Jembatan Rumpiang ditabrak tongkang lainnya sebelum fender selesai dibangun. "Tindak lanjut surat pernyataan sudah kami tuangkan dalam MoU perjanjian ganti rugi dan sudah kami sampaikan kepada pihak perusahan, hanya saja belum di tandatangani mereka," ujarnya.

Sementara itu, Bastian, seorang warga Jalan Panglima Wangkang yang berada di bantaran Sungai Barito dekat Jembatan Rumpiang, mengaku was-was terhadap batubara yang melintas. Bukan hanya fender (pelindung) Jembatan Rumpiang saja yang dihantam raksasa sungai ini. Belakangan, beberapa rumah warga di Pasar Marabahan dan pos jaga Dishub Batola juga diserempet tongkang batubara. "Yang ditakutkan apabila kapal tongkang menabrak rumah saat malam hari. Jangankan harta, nyawa pun bisa melayang," ujarnya.

Bastian berharap pemerintah lebih memperhatikan keamanan warga dan mengevaluasi jalan kerjanya tongkang pengangkut batubara saat melintasi perkampungan warga. "Diharapkan kapten tongkang lebih berhati-hati saat melintasi perkampungan warga," harapnya. (bar/al/bin)

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X