Mengunjungi Rumah Perajin Besi di Kuin Selatan: Dipejamkan Sakit, Melek Juga Nyeri

- Sabtu, 9 November 2019 | 05:43 WIB

Kuin Selatan terkenal dengan kerajinan besinya. Di perkampungan asli Banjar itu, perajin membuat peralatan dapur dari besi. Muhyar adalah salah satu perajin yang masih bertahan.

-- Oleh: MAULANA, Banjarmasin. --

SALAH satu perajin besi yang masih bertahan di sana adalah Muhyar, 49 tahun. Dia tinggal di Jalan Kuin Selatan Gang Banjar RT 11, Banjarmasin Selatan.

Jika hendak menuju ke rumahnya, lebih mudah melalui Gang Daruh Huda. Setelah 300 meter, sebelum masjid, berbeloklah ke kiri. Tak jauh dari tikungan itulah rumah Muhyar.

Dia menjalankan usahanya di halaman rumah orang tuanya. Perkakasnya macam-macam, dari palu sampai las listrik. Ketika penulis menyapa, ia sedang sibuk membuat lingkaran besi untuk calon rak. Tak-tuk-tak-tuk! Dalam hitungan menit saja, sudah jadi.

Sudah 10 tahun dia menekuninya. Kebanyakan ia membuat rak piring dan kulikar (wadah untuk menaruh panci dan wajan). Muhyar tak bekerja seorang diri, ia punya tiga anak buah.

Dalam sehari, mereka sanggup merampungkan 100 sampai 120 rak pesanan. "Biasanya kalau pesanan sedang ramai, semuanya turun bekerja. Tapi hari ini hanya seorang saja yang datang," ujarnya membuka percakapan, Kamis (7/11).

Usaha ini merupakan warisan orang tua. Dia teruskan karena saudaranya tak berminat. Soal pemasaran, ia biasanya menjual ke para pedagang di Pasar Lima, Banjarmasin Tengah.

"Dulu ayah yang menggelutinya. Saya melanjutkan karena cuma saya yang bisa. Dulu beliau mengerjakan pesanan pembuatan palu atau linggis. Sekarang, masyarakat sudah banyak menggunakan kompor gas. Baru bikin kulikar," tambahnya.

Bahan baku dia peroleh dari pedagang besi yang marak di Kuin Selatan. Kendalanya soal harga. Jika bahan baku sedang kosong, harganya bisa melambung antara Rp6 ribu sampai Rp8 ribu per kilogram.

"Kesulitan saya adalah modal. Cuma sanggup beli bahan baku sampai Rp5 juta. Sedangkan jika beli borongan sekitar dua ton harganya cuma Rp13 juta. Sedangkan harga jual rata-rata Rp35 ribu," keluhnya.

Dulu, satu rak bisa dijual Rp45 ribu. Sekarang, turun menjadi Rp35 ribu akibat permainan pasar. "Tapi dilakoni terus untuk bertahan hidup. Sekarang mencari pekerjaan kan sulit. Disyukuri saja," tegasnya yakin.

Pekerjaan ini punya risiko. Selain karat yang menempel di badan, matanya juga kerap sakit. "Dipejamkan sakit, dipaksa melek juga sakit. Biasanya muncul malam hari. Kalau tidur dengan lampu kamar menyala, nyerinya semakin menjadi-jadi. Mungkin akibat cahaya las," kisahnya. (fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X