8000 Liter Habis Dalam 3 Jam, Stok Solar di SPBU Masih Kurang

- Rabu, 20 November 2019 | 13:03 WIB

BANJARBARU - Dalam beberapa hari terakhir, antrean panjang truk yang ingin mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar kembali mewarnai sejumlah SPBU di beberapa daerah.

Pantauan Radar Banjarmasin di SPBU Trikora Banjarbaru, kemarin Puluhan truk berbaris dari dalam SPBU hingga keluar ke Jalan Trikora untuk mengantre mengisi solar. Kondisi itu pun cukup mengganggu lalu lintas di Jalan Trikora.

Pengawas SPBU Trikora Syafullah mengatakan, antrean panjang truk memang seringkali terjadi di sana. Lantaran, stok solar di beberapa SPBU masih kurang. "Di sini saja cuma dapat jatah 8 ribu liter sehari. Tiga jam saja sudah langsung habis," katanya.

Dia mengungkapkan, jatah solar setiap SPBU sudah ditentukan Pertamina. Sehingga, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. "Tiga bulan yang lalu kuota solar dikurangi. Awalnya 10 ribu liter per hari, menjadi 8 ribu," ungkapnya.

Selain stok yang masih kurang, menurutnya banyaknya truk yang mengantre juga dipengaruhi oleh tutupnya sejumlah SPBU AKR di Kalsel. "Banyak AKR yang tutup, jadi truk tidak punya pilihan lain selain ke SPBU yang bekerja sama dengan Pertamina," ujarnya.

Hal senada disampaikan Andre, salah seorang sopir truk yang ikut mengantre solar di SPBU Trikora ini meyampaikan bahwa kurangnya ketersediaan solar yang membuat mereka harus mengantre. "Coba kalau stoknya ada di semua SPBU, pasti truk tidak hanya menumpuk di sini. Tapi bisa membeli di lain," ucapnya.

Dia mengungkapkan, permasalahan kelangkaan solar nampaknya tidak ada habisnya sejak dulu. "Dari dulu memang selalu mengantre kalau mau beli solar," ungkapnya.

Antrean panjang pengisian bahan bakar solar juga terjadi di Banjarmasin. Truk-truk mengisi area di tepi jalan di samping SPBU Benua Anyar, Banjarmasin Timur.

Salah satu sopir truk bernama Ipul mengaku antre sejak jam delapan pagi. Dia mengatakan kondisi ini sudah berlangsung lama. Pria berusia 35 tahun itu adalah sopir truk jasa angkutan ekspedisi. Meskipun tidak sampai bermalam tapi kondisi demikian cukup merepotkan. Setiap harinya dia mengangkut barang-barang dari perusahaan jasa ekspedisi.

Setiap berangkat dari Banjarmasin-Sampit Kalteng, dia membutuhkan bahan bakar sebanyak seratus lliter. Tapi karena untuk mendapatkan solar di Kalteng sulit, dia pun terpaksa harus punya persediaan. Dulu dalam seminggu bisa berangkat ke Kalteng dua kali, sekarang hanya satu kali.

"Kalau mau berangkat, saya harus antre dua kali, hari pertama solar nya untuk berangkat, hari kedua untuk sangu pulang, karena di Kalteng sulit beli solar," katanya.

Meskipun ada solar non subsidi, kata Ipul yang sudah belasan tahun menggeluti profesi sebagai sopir truk, dia tetap memilih solar bersubsidi, karena harganya yang relatif lebih murah. Biaya bahan bakar yang dikeluarkannya PP Banjarmasin-Sampit, sekitar Rp1,3 juta, belum lagi ditambah keperluan makan, minum dan rokok. Minimal bisa sampai Rp750 ribu.

"Kalau beli non subsidi bisa-bisa kita enggak bawa pulang uang ke rumah untuk anak istri," ucap lirih.

Wahyu sopir truk lainnya mengungkapkan keluhan yang sama. Dia melihat, kondisi ini dimanfaatkan oknum pelangsir. Mungkin saja pasokan dari pemerintah sudah sesuai aturan namun ada pihak-pihak yang bermain, sehingga mobil truk kesulitan mendapatkan bahan bakar.

"Yang diuntungkan hanya para pelangsir, kita yang kerja betul-betul malah susah mendapatkan solar, kalau beli non subsidi, bisa-bisa kita antar barang ke sana cuma jalan-jalan, karena uangnya habis di jalan," sindirnya.

Saat dikonfirmasi, Manager Region Communication Relation and CSR Pertamina Kalimantan, Heppy Wulansari menegaskan bahwa saat ini tidak ada pengurangan penyaluran solar ke SPBU-SPBU. "Kalau masalah antrean, selama ini 'kan memang sering terjadi. Tapi, yang terpenting stok di SPBU ada," bebernya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kasus Sekuriti Bunuh Petani Mulai Disidangkan

Minggu, 17 Maret 2024 | 18:20 WIB

Pemuda Sampit Diserang OTK, Perutnya Ditusuk

Minggu, 17 Maret 2024 | 16:50 WIB

Maling HP Divonis 1 Tahun 4 Bulan

Minggu, 17 Maret 2024 | 11:45 WIB
X