Warga Heran Pondok Kayu Acil Diang Selamat dari Kobaran Sebuku

- Selasa, 26 November 2019 | 06:59 WIB

Musibah biasanya selalu membawa pesan. Seperti di Sebuku. Kebakaran menyisakan dua tanda: Musala Hidayatul A'mal dan rumah Acil Diang. Siapa Acil Diang?

-- Oleh: ZALYAN SHODIQIN ABDI, Sebuku --

Sedikitnya 750 jiwa kehilangan rumah, pasca kebakaran di Desa Sungai Bali, Pulau Sebuku, Sabtu (23/11) malam tadi. Empat RT ludes rata, hanya tinggal puing dan sisa asap.

Senin (25/11) kemarin, Radar Banjarmasin kembali menengok dari dekat lokasi kebakaran. Di tengah puing ada dua bangunan tersisa. Pertama Musala Hidayatul A'mal, persis di tengah desa.

Musala yang pada berita sebelumnya ditulis masjid itu, dari informasi dihimpun dibangun sejak lama, dari kayu. Baru beberapa tahun terakhir tadi dibangun permanen.

Tempat ibadah muslim itu hanya rusak pintu dan jendelanya.

Tak jauh dari sana, ada sebuah pondok kayu. Agak di sudut radius puing. Tidak terbakar. Padahal di sekitarnya habis. Termasuk daun kelapa persis di depan rumah kuning hangus.

Memang saat kejadian, pekik dan jerit memanggil Sang Pencipta terdengar membumbung ke langit. Hingga kemarin, ratapan orang tua berdoa acap terdengar.

Dari pengeras suara sebuah langgar, terdengar doa meminta azab dijauhkan. Warga yang kehilangan semua, mengadu pada Tuhannya.

Suasana emosional itu pun memantik rasa penasaran Radar Banjarmasin terkait sosok Acil Diang. Sayang, yang bersangkutan sudah tidak ada di pondok. Diungsikan keluarganya ke rumah di atas gunung.

Namun wartawan sempat bertemu dengan keponakannya, Idam. Pemuda itu mengungkapkan, Acil Diang adalah perempuan tua yang sejak kecil menderita gangguan pada pita suara dan gendang telinga.

Kondisi itu membuat Acil Diang praktis tidak terlalu banyak menjalin komunikasi. "Bisa dibilang dalam hidup tidak pernah bermasalah dengan orang lain," ujar keponakannya.

Meski hidup sendiri di pondok, dan sesekali dijenguk keluarga, Acil Diang tidak meminta belas kasian. "Bahkan, sidin bisa saja menolak bantuan yang diberi orang. Apalagi itu orang asing," beber keponakan.

Bagaimana kehidupan agama Acil Diang? Biasa saja katanya. Sama pada warga umumnya. Pun tuna wicara, tapi Diang suka mengaji. "Tapi ya itu hanya dia yang mengerti apa yang dia baca (pelafalannya tidak bisa dipahami)," tambahnya.

Apa yang dia sampaikan sama dengan pendapat warga. Acil Diang adalah perempuan tua yang hidup sendiri dan tidak pernah bermasalah dengan tetangga.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X