Gagal Masuk Akpol, Rebut Emas SEA Games

- Jumat, 29 November 2019 | 11:08 WIB

Dibalik jabatannya sebagai Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (KP3) Kota Banjarmasin, Lauhem Mahfuzi adalah mantan atlet anggar internasional. Bahkan pernah menyabet medali emas pada masanya.

-- Oleh: NOORHIDAYAT, Banjarmasin --

Lauhem Mahfuzi akan memasuki masa pensiun pada tahun 2020 nanti. Awalnya bercita-cita bisa masuk Akademi Kepolisian. Tidak ada terbayangkan untuk menjadi atlet, bahkan berlaga hingga tingkat internasional.

Harapan itu pupus ketika lulus dari Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Syuhada Jurusan Mesin.

Jurusannya itu ternyata sudah tak bisa mendaftar masuk Akpol. "Dulu yang boleh masuk Akpol lulusan mesin dan IPA. Setelah saya lulus, ternyata ketentuannya diganti. Mesin tidak bisa lagi, berganti ke jurusan IPS," ungkap Lauhem, kemarin (28/11). Lauhem akhirnya melanjutkan pendidikan ke Fakultas Perikanan di Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

Awal mula menggeluti dunia anggar setelah tertarik diajak tetangga di seberang rumah yang ternyata juga seorang atlet anggar. Kalau urusan fisik, Lauhem sudah melatihnya demi masuk Akpol. Setiap pagi berlari kurang lebih 10 kilometer. Saat itu sekolahnya masuk sore.

"Diajak Yusri dulu berseberangan rumah. Dia adalah atlet yang berprestasi dalam cabor anggar juga. Karena memang ada basic karate sebelumnya, saya tinggal mempelajari teknik-teknik anggar," jelasnya.

Pria kelahiran 25 April 1960 berada di puncak tertinggi prestasinya di cabor anggar saat tahun 1995 meraih medali emas pada SEA Games XVIII di Chiang Mai Thailand. Namun juga menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah mengikuti seleksi CPNS pada masa itu.

Di cabor karate, Lauhem pernah mengikuti pertandingan hingga kejurnas. Selain itu dia memiliki hobi olahraga lain seperti balap sepeda, voli, dan basket. "Saya pernah berada di China selama tiga bulan untuk berlatih untuk menghadapi SEA Games waktu itu. Selain SEA Games, saya juga pernah mendapat medali emas dalam ajang SEAFF," akunya.

Lauhem mengaku saat itu perjuangannya sangat berat. Peralatan berlatih saja sangat minim. Apalagi dirinya adalah pemain kidal, alatnya berbeda dengan anggar yang digunakan pada tangan kanan.

Bakatnya dicabor anggar juga menitis kepada tiga anaknya yang bernama Ayu Ramadianti Putri, Amelianor Khaisah Afifah, dan Muhammad Nabil Zahidi. Anak keduanya Afifah bahkan pernah menjuarai PON remaja di Surabaya tahun 2014. "Namun saat ini sudah tidak menggeluti anggar lagi. Ada yang bekerja di China Airlines. Paling kecil berada di pesantren, sehingga tidak bisa berlatih lagi," tuturnya.

Pada tahun 2005, Lauhem diberikan sertifikat sebagai pelatih anggar internasional dari Prancis. Dirinya sempat beberapa kali melatih atlet yang ingin bertanding dalam berbagai ajang.

Lalu bagaimana menurut pandangannya sekarang mengenai anggar di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin? Lauhem mengungkapkan atlet yang pernah dididiknya baru latihan jika akan memasuki pertandingan.

"Kalau mendekati pertandingan baru latihan. Kalau begitu jelas kurang persiapan. Beda dengan dulu yang memang setiap hari latihan meskipun tiada pertandingan," bandingnya.

Lauhem berharap di Banjarmasin akan muncul lagi atlet-atlet yang bisa mengharumkan nama bangsa, dan membawa nama harum Banjarmasin. "Saya masih ingat saat dulu sebelum berangkat, dilepas langsung oleh Presiden Soeharto. Betapa bangganya saya saat itu. Semoga ada penerusnya," tutupnya.(dye/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X