Putra Banua Jadi Peneliti Teknologi Nano di Jepang, Curi Perhatian Kampus, Diangkat Jadi Asisten Profesor

- Kamis, 5 Desember 2019 | 09:57 WIB

Diam-diam, Banua punya putra berprestasi di bidang ilmu fisika. Dia bernama Shoufie Ukhtary. Meski baru berusia 27 tahun, pemuda ini sudah masuk dalam tim peneliti teknologi nano di Jepang.

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Nama Shoufie Ukhtary sendiri belakangan ini berhasil mencuri perhatian kalangan intelektual di Jepang. Sebab, di usia 26 tahun pada 2018 lalu dirinya sudah menyabet gelar doktor muda dari Universitas Tohoku, Jepang.

Usai lulus dari universitas ternama di Jepang itu, pria kelahiran Banjarbaru, 16 Januari 1992 ini hingga sekarang banyak menghabiskan waktunya di sana. Apalagi sejak dia resmi menjadi Asisten Profesor pada Fakultas MIPA, Jurusan Fisika.

Di Jepang, anak pasangan Nurus Sjamsi dan Nadjiah Ridwan ini dikenal punya kemampuan dalam meneliti khusus, menganalisa hingga merangkumkan gagasan dalam jurnal ilmiah internasional terkait nano karbon dan carbon nanotube.

Karena itu, dia mendapat apresiasi dari Profesor Riichiro Saito yang merupakan guru besar Universitas Tohoku. Salah satu profesor ternama di Jepang ini tak segan menarik Shoufie bergabung dalam tim penelitian kampus mereka. Sesuatu yang terbilang langka untuk seorang doktor muda ahli fisika yang berasal dari Indonesia.

Radar Banjarmasin, kemarin mencoba mewawancarai Shoufie untuk menceritakan pengalamannya selama berkarir di Jepang. Lewat nomor ponsel yang didapatkan dari ayahnya: Nurus Sjamsi, penulis berhasil menghubungi Shoufie.

Menurut Shoufie, Jepang merupakan salah satu pusat penelitian nanomaterial terbaik di dunia. Alasan itulah yang mendorong dirinya melanjutkan studi di sana, setelah lulus S1 Fisika di Universitas Brawijaya Malang pada 2013.

Pilihan peraih Medali Emas Aoba Society for Promotion Of Science tahun 2017 ini, tidaklah salah. Ternyata di Tohoku University keinginannya belajar lebih jauh di bidang fisika, khususnya saat cita-citanya meneliti fisika teori dengan nanomaterial bisa terkabul.

Dia menjelaskan, model perkuliahan yang dilaksanakan di Tohoku University, sangat mengasah kemampuannya untuk bisa terus berkembang.

"Karena model perkuliahan di Jepang khususnya di Universitas Tohoku dilakukan selama dua semester di kelas dan laboratorium, yang kebanyakan by reseach," jelasnya.

Mengenai teknologi nano, menurutnya saat ini masih belum berkembang di Indonesia. Bahkan masyarakat pun masih merasa asing dengan teknologi ini. Padahal, teknologi nano sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan berkontribusi dalam memajukan bangsa.

"Dengan teknologi ini kita dapat membuat zat menjadi ukuran yang sangat kecil, dan karena itu pula maka sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang kita inginkan," kata Shoufie.

Lebih lanjut Shoufie menjelaskan, nanotechnology atau teknologi nano adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengontrol zat, material dan sistem pada skala nanometer.

"Sehingga, teknologi ini mampu menghasilkan fungsi baru yang belum pernah ada. Ukuran 1 nanometer adalah 1 per satu miliar meter yang berarti 50.000 kali lebih kecil dari ukuran rambut manusia," ucapnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X