Akhmad Noor dan Maui, dua perupa dari generasi dan aliran lukis berbeda berbagi ruang yang sama. Hasilnya adalah Pameran Bersisian.
-- Oleh: SYARAFUDDIN, Radar Banjarmasin --
PAMERAN Bersisian dibuka kemarin (21/12) sore di Bengkel Lukis Sholihin, Taman Budaya Kalsel, Jalan Hasan Basry.
"Biarlah saya yang mewakili sisi tuanya. Dan Maui mewakili generasi muda," seloroh Akhmad Noor.
Pelukis 46 tahun itu memajang belasan lukisan bergaya realis. "Realis fotografis. Maksudnya, karya saya selalu berangkat dari selembar foto," tambah pria kurus itu.
Noor tak punya pelukis idola. Pada masa mudanya, referensi berkisar di majalah-majalah luar negeri. Sekarang, berkat media sosial, ia punya referensi melimpah.
Beberapa karyanya sudah pernah mejeng di pameran nasional. Sebutlah lukisan 'Menjaring Postmo' yang dipamerkan di Bali, dua tahun silam. Atau 'Galang Persatuan' yang dipamerkan di Jakarta, setahun lewat. Dipamerkan berkat bantuan Galeri Nasional Indonesia (Galnas).
Noor sudah menggambar sejak SD. Tapi mulai serius melukis pada awal tahun 2000. Sempat kuliah di FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Noor memilih berhenti.
"Saya ingin kuliah di jurusan seni rupa, tapi di Banjarmasin kan tak ada. Mungkin karena itu saya berhenti kuliah," kenangnya.
Kalimantan Selatan memang tak punya akademi seni. Imbasnya, perkembangan seni rupa di Kalsel terbilang lamban. Naik dan turun, lebih sering turun memang.
Maka menggelar pameran selama sebulan penuh di Banjarmasin, boleh dikata nekat. "Ada yang mau beli syukur, tak ada pun saya bahagia," ujarnya.
Apa yang salah? Noor mengambil contoh Jawa. Di sana, membeli sebuah lukisan mahal merupakan sebuah kebanggaan. Di Banua, dianggap mubazir. Orang kaya Banjar lebih senang membeli batu akik atau pergi haji berkali-kali.
"Memajang lukisan Affandi di ruang tamu, sama hebatnya dengan memiliki mobil Ferrari di garasi. Budayanya memang berbeda," tukasnya.
Kesimpulannya, jika Anda menetap di Kalsel dan mau hidup dari melukis, mental Anda harus sekuat baja. Tapi tuhan toh sudah menjatah rejeki orang. "Paling mahal sih terjual Rp7 juta," sebutnya.
Sekarang, bagian wawancara Maui. Cewek 21 tahun itu masih kuliah di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Malang.