Sebut saja namanya Rose. Umurnya baru 17 tahun. Pernah bercita-cita menjadi polwan, ia kini menjajakan diri kepada lelaki hidung belang.
---
JAM 10 malam, Rose keluar dari kosnya di Banjarmasin Tengah. Tujuannya Pasar Ujung Murung, masih di kawasan Pasar Sudimampir.
Pada siang hari, Sudimampir adalah pusat perbelanjaan yang sesak. Tapi malam hari, berubah sepi dan remang. Dari lorong-lorong pasar, ada PSK dan preman mengintai.
Malam itu, Rose mengenakan kaus merah tua dengan kerah V. Dipadukan jins gelap ketat. Dari tas selempang kecil, tersimpan bedak dan smartphone.
Sekalipun belahan dadanya sedikit terlihat, tak ada yang aneh untuk gadis seusianya. Riasannya tak menor, lipstik dioles tipis-tipis, tubuhnya juga tak bahenol.
Sepintas pandang, Anda akan mengira Rose seorang pelajar atau mahasiswi yang manis. Padahal ia mencari uang dari bisnis lendir, sekalipun masih dibawah umur.
Kepada penulis, Rose mengaku sudah berusia 17 tahun. Tapi ia tampak lebih muda satu atau dua tahun. "Baru keluar, belum ada yang mengajak kencan," ujarnya. Rose bisa mengucapkan huruf R dengan cara yang seksi.
Malam itu, kami duduk ditemani nyamuk di siring, tepian Sungai Martapura. Tak mudah untuk membujuknya agar mau bercerita. Awalnya Rose tampak ketakutan.
Dibantu seorang perantara, cewek berkulit sawo matang itu akhirnya mau bercerita setelah dibujuk berkali-kali. Tentu dengan perjanjian bahwa identitasnya dirahasiakan.
Sepersekian detik, beberapa kali wajahnya berubah muram. Tapi coba ditutupi dengan lelucon mesum dan gelak tawa.
Ada yang patah dari diri Rose. Alih-alih direparasi, ia biarkan saja. Inilah pengakuannya... Rose korban perkosaan.
Tiga tahun silam, semasa masih SMP, Rose selalu pulang dengan berjalan kaki. Suatu siang, seorang lelaki dewasa menawarkan bantuan untuk mengantarkan pulang.
Rose menolak, tapi ia terus dibuntuti. Bodohnya Rose, ia luluh oleh bujuk rayu, terlampau mudah percaya.
"Saya diajak jalan-jalan ke Banjarbaru. Tempatnya sepi, enggak tahu apa nama tempatnya. Di dalam mobil diperkosa, terus ditinggalkan di tepi jalan," kisahnya datar.
