Ekonomi Global Tak Ramah, Kalsel Harus Tetap Optimistis

- Jumat, 27 Desember 2019 | 11:31 WIB

BANJARMASIN – Ekonomi global sepanjang tahun 2019 semakin tak ramah. Sengitnya perang dagang antara Amerika dan Cina tak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun drastis. Perekonomian Kalsel pun terpapar. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Kalsel melambat. 

Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Selatan mencatat, pertumbuhan ekonomi Kalsel di triwulan III tahun 2019 hanya sebesar 3,72 persen. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 lalu yang mencapai 5,13 persen.

Tak bisa dipungkiri, salah satu yang memengaruhi lambannya pertumbuhan ekonomi Kalsel adalah kinerja ekspor. Sementara, Kalsel sendiri masih menjadikan sektor pertambangan sebagai nomor satu komoditas ekspor. Di sisi lain, permintaan negara mitra dan harga komoditas ini menurun.

“Diprediksi hingga akhir tahun pertumbuhan ekonomi Kalsel lebih rendah dibanding tahun 2018,” ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Kalsel, Herawanto. 

Seperti diketahui,  selama satu dekade terakhir, kinerja perekonomian Kalsel ditandai dengan ketergantungan yang tinggi pada komoditas sumber daya alam (SDA), khususnya komoditas subsektor pertambangan dan perkebunan. Ketergantungan yang tinggi pada SDA ini, sangat rentan terhadap gejolak harga komoditas dunia dan kondisi ekonomi negara mitra dagang.

Untuk dapat keluar dari “jebakan” ketergantungan SDA, diperlukan transformasi strategi ekonomi berbasis industri yang dapat mengolah sumber daya alam bernilai tambah tinggi (hilirisasi). Termasuk menggali sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Rupanya tak hanya persoalan ekspor yang membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi Kalsel. Dikatakan Hera, pesatnya digitalisasi sekarang turut membuat pertumbuhan ekonomi berpengaruh. “Ekonomi global sepanjang tahun 2019 semakin tak ramah. Selain perang dagang meluas, digitalisasi meningkat pesat meski banyak manfaat, tapi juga berisiko,” sebutnya.

Meski diprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih rendah, namun pihaknya tetap optimis pada tahun depan perekonomian Kalsel berpeluang meningkat. Hal ini  seiring pemulihan kinerja ekspor dan pertambangan batu bara. Termasuk meningkatnya industri pengolahan. “Harus tetap optimis dalam menghadapi berbagai tekanan,” kata Herawanto.

Menjawab tantangan itu, Herawanto mengatakan, perlu akselerasi pengembangan sumber baru pertumbuhan ekonomi. Terutama hilirisasi komoditas agro industri, pariwisata, ekonomi digital, dan ekonomi syariah. “Di tengah tekanan eksternal berupa ancaman turunnya permintaan impor oleh negara-negara mitra dagang, terutama produk dari Kalsel, maka akselerasi seperti ini yang dibutuhkan,” tandasnya. (mof/tof/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X