Dapat Kiriman Sampah, Pemko Terpaksa Andalkan Tenaga Manual

- Sabtu, 4 Januari 2020 | 09:23 WIB
MANUAL: Tumpukan sampah yang memenuhi sebagian permukaan sungai Martapura di Banjarmasin dibersihkan secara manual lantaran belum ada kontrak sewa kapal sapu-sapu.
MANUAL: Tumpukan sampah yang memenuhi sebagian permukaan sungai Martapura di Banjarmasin dibersihkan secara manual lantaran belum ada kontrak sewa kapal sapu-sapu.

BANJARMASIN - Kiriman sampah dalam jumlah besar ke hilir Sungai Martapura diprediksi masih berlangsung hingga sepekan kedepan. Mengingat di kabupaten tetangga, terpantau masih banyak sampah yang tertahan di daerah hulu.

"Kami juga memantau hingga daerah tetangga di Martapura sana. Dalam pantauan kami, sampah kiriman dari daerah hulu juga membuat Kabupaten Banjar kewalahan. Bahkan menyangkut di jembatan di sana," ungkap Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin Hizbul Wathoni, kemarin (3/1)

Saat ini saja tumpukan eceng gondok, gelondong kayu, batang bambu, dan sampah lainnya menyumbat kolong Jembatan Antasari. Diperkirakan tebalnya hampir satu meter. Tumpukan sampah itu praktis mengganggu jalur transportasi sungai.

Ditambahkannya, untuk memecah sampah agar tak terus menumpuk dan melumpuhkan jalur transportasi sungai, pihaknya mengerahkan seluruh pasukan turbo ke lokasi.

"Ada lima tim yang diturunkan. Satu tim ada sembilan orang. Sekitar 45 petugas sudah kami turunkan sejak Kamis (2/1) lalu," tambah Toni, sapaan akrabnya.

Mengingat Sungai Martapura menjadi akses warga dari kabupaten tetangga untuk menuju pusat perdagangan di Banjarmasin. Seperti Pasar Ujung Murung, Pasar Sudimampir, Pasar Lima, Pasar Baru, dan Pasar Cempaka.

Pekerjaannya berat karena manual. Membuka alur sungai dengan alat seadanya. Pasukan turbo milik PUPR itu memecah sungai dengan bambu saja. Hingga kelotok dan jukung harus ngantre untuk melintas.

Rencananya, hari ini kapal sapu-sapu baru bisa diturunkan. Disebutkan Toni, kapal sapu-sapu itu sifatnya hanya bantuan. Pasalnya pada awal tahun ini belum ada kontrak lanjutan terkait sewa kapal sapu-sapu.

"Kami meminta bantuan ke Balai Sungai. Syukur mereka mau membantu. Berhubung masih awal tahun, jadi lelang masih belum digelar untuk semester pertama," terangnya.

Digaji Rp100 ribu perhari, pasukan turbo bekerja dengan mempertaruhkan nyawa. Berdiri di atas tumpukan sampah sungai. Mendorong dan mengurai sampah dengan otot. Mereka juga hanya mengenakan rompi pelampung.

Tak sedikit warga yang menonton merasa iba dengan perjuangan pasukan turbo. Banyak yang memberikan makanan dan minuman untuk mendukung pekerjaan mereka.

Salah seorang personel yang meminta namanya tak dikorankan bercerita, seorang rekannya hampir saja celaka. "Saat memecah sampah, alur sungai menggiring ke tiang jembatan. Untung bisa menghindar. Kalau sampai terbentur bisa fatal," ceritanya.

Menurutnya, ancaman paling utama adalah arus Sungai Martapura yang deras. Belum lagi guyuran hujan. "Begitu sampah terpecah, langsung terbawa arus. Pekerja bisa saja terjebak dan terseret sampah. Jadi kami harus saling menjaga satu sama lain," tambahnya. (hid/at/fud)

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X