Naik Tangga Uji Nyali, Sampai di Atas Tak Sesuai Ekspektasi

- Sabtu, 4 Januari 2020 | 10:24 WIB
EKSTREM: Tangga-tangga dan pagar yang tidak layak, harus dilalui apabila ingin menuju puncak bukit. Kondisi fasilitas ini dikhawatirkan bisa menimbulkan bahaya bagi para wisatawan. | Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin
EKSTREM: Tangga-tangga dan pagar yang tidak layak, harus dilalui apabila ingin menuju puncak bukit. Kondisi fasilitas ini dikhawatirkan bisa menimbulkan bahaya bagi para wisatawan. | Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin

Objek wisata Pagat yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), menuai kritik dari sejumlah pengunjung. Terutama, persoalan fasilitas.

=========================

WAHYU RAMADHAN, BARABAI

========================= 

Salah seorang pengunjung asal Banjarmasin, Khairul Anwar, mengatakan bahwa tangga yang digunakan untuk mendaki bukit di objek wisata tersebut, dikatakannya tampak sudah tidak layak.

“Pagar di tangga ada yang bolong. Selain itu, di beberapa bagian, bila dipegang juga goyang. Ini tentu membahayakan pengunjung,” ungkapnya, kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Selain tangga dan pagar yang menjadi akses ke puncak perbukitan, pembenahan terhadap fasilitas lainnya, menurut Khairul juga patut dipertimbangkan. Misalnya, kondisi jembatan gantung yang menjadi akses penyeberangan, hingga fasilitas bermain untuk anak-anak yang tampak tidak terurus.

“Beberapa di antaranya bisa kita lihat sendiri. Seperti misalnya perosotan, dan wahana putar, dibiarkan rusak begitu saja. Ini tidak hanya mengganggu pemandangan, tapi juga dikhawatirkan bisa jadi bahaya. Apalagi kalau anak-anak dibiarkan bermain tanpa pengawasan,” tambahnya.

Penasaran. Selain melihat-lihat kondisi fasilitas yang dimaksud, Radar Banjarmasin juga mencoba menaiki bukit yang terletak di kawasan objek wisata.

Untuk dapat menaiki bukit ini, selain membayar retribusi awal yakni Rp5ribu, penulis harus kembali membayar karcis dengap total Rp4 ribu. Satu karcis seharga Rp2 ribu untuk menyeberang menggunakan jembatan gantung, dan satu karcis Rp2 ribu lagi untuk biaya untuk menaiki bukit.

Untuk menaiki bukit hingga sampai ke puncaknya, tidak semudah yang penulis bayangkan. Selain menguras tenaga, ternyata juga membuat jantung berdetak sedikit lebih kencang.

Pertama, penulis harus menapaki satu demi satu anak tangga yang dibuat dari semen cor dan bebatuan. Alih-alih gampang, penulis harus hati-hati karena sebagian anak tangga jadi licin karena berlumut.

Kedua, usai menaiki anak tangga yang dibuat dari semen cor dan bebatuan tadi, penulis harus menapaki anak tangga yang terbuat dari kayu ulin. Di sini, mental dan nyali kembali diuji. Beberapa anak tangga, bergeser bila diinjak. Kemudian, ada beberapa pagarnya yang hilang dan diganti dengan bambu.

“Puncaknya tidak sesuai ekspektasi. Saya kira, bisa memandang luas panorama alam, ternyata masih terlindung pepohonan,” ucap Najmi, salah seorang pengunjung lainnya asal Kabupaten Tabalong.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X