MARTAPURA – Jembatan Dekar masih menjadi biang kemacetan tiap acara Haul Abah Guru Sekumpul. Jembatan yang menghubungkan Desa Pekauman Dalam dan Kampung Kerama, Martapura Timur itu menjadi persoalan yang harus diatasi.
Arus lalu lintas yang setiap hari melalui jembatan ini sangat padat. Jemaah dari Banjarmasin dan Sungai Tabuk biasanya melalui Jembatan Dekar ke Sekumpul. Padahal jembatan mini tersebut hanya cukup dilalui satu unit mobil besar atau kecil. Sepeda motor pun harus berganti-gantian.
“Warga sini biasa melihat tumpukan mobil yang berganti-gantian melalui jembatan dekar. Kasihan Jemaah jalurnya mampet karena jembatan sempit dan hanya muat untuk satu mobil,” kata Muhammad Sairi, warga Pekauman Dalam, kemarin.
Menurut Sairi, sepanjang tahun di Jembatan Dekar itu selalu dilalui oleh ribuan Jemaah yang mengikuti kegiatan keagamaan di Martapura Lama. Di sekitar situ banyak makam wali yang haulnya digelar rutin oleh ahli waris, mulai haul Datu Kelampaian di Dalam Pagar, KH Salim Maruf di Pekauman, KH Anang Sya’rani Arif Kampung Melayu. Semua berada di Martapura Lama. Tak jauh dari Jembatan Dekar itu juga ada Teluk Selong dengan objek wisata Rumah Banjar.
“Penyempitan-penyempitan ini berkali-kali membuat relawan kewalahan. Diatur dan dijaga pun macet apalagi bila tidak ada petugas,” ungkapnya.
Relawan jalur sekaligus Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Perhubungan Darat, M Faisal menjelaskan, Jembatan Dekar itu milik pemerintah provinsi. Tentu memerlukan koordinasi agar ada pembenahan.
Relawan sejatinya bersyukur karena provinsi tetap perhatian untuk memudahkan Jemaah mengikuti haul Sekumpul. Tahun ini telah berdiri sekaligus diperlebar dua jembatan dekat Sekumpul yang berada di Bincau dan Jalan Pendidikan. (mam/ran/ema)
