Kisah Bahrani, Guru Honor yang Cari Tambahan Uang Dengan Menjadi Perukiah

- Jumat, 24 Januari 2020 | 11:39 WIB
AKRAB: Guru honorer di SMAN 1 Banjarbaru, Bahrani (tiga dari kanan) bersama Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Eko Sanyoto (ujung kiri) saat berbincang dengan para siswa dan siswi mereka, kemarin. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
AKRAB: Guru honorer di SMAN 1 Banjarbaru, Bahrani (tiga dari kanan) bersama Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Eko Sanyoto (ujung kiri) saat berbincang dengan para siswa dan siswi mereka, kemarin. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

Penghasilan menjadi seorang guru honorer nampaknya masih kurang bagi Bahrani. Guru honorer di SMAN 1 Banjarbaru ini harus memutar otak untuk bisa menghidupi keluarganya dengan cara mencari tambahan uang di luar jam kerjanya. 

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Di usianya yang menginjak 46 tahun, Bahrani merupakan guru honorer tertua di SMAN 1 Banjarbaru. Kegagalan menjadi PNS yang membuatnya hingga kini masih menyandang status sebagai tenaga honorer.

Kemarin (23/1) siang, wartawan koran ini bertemu dengan bapak dua anak ini. Untuk menceritakan bagaimana pengalamannya selama menjadi guru honorer sejak 2001 silam.

Mengenakan kopiah putih, dipadu dengan baju sasirangan warna ungu, Bahrani tampak santai saat menceritakan kisah hidupnya selama menjadi guru honorer. Dengan didampingi Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Eko Sanyoto.

Pria kelahiran Amuntai, HSU tersebut mengaku sudah dua kali pindah sekolah sebagai guru honorer. "Sebelumya pada 2001 saya jadi honorer di salah satu SMP di Jakarta. Lalu, tahun 2011 baru lah mengajar di SMAN 1 Banjarbaru," katanya.

Dia mengungkapkan, menjadi seorang guru honorer harus pintar mengatur waktu untuk bisa mendapatkan penghasilan dari luar. Sebab, jika hanya mengandalkan gaji honorer tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. "Secara akal gaji honor tidak cukup. Satu bulannya hanya Rp1,5 juta. Maka dari itu, saya mencari tambahan di luar," ungkapnya.

Guru mata pelajaran Baca Tulis Alquran (BTA) ini mengaku mencari tambahan penghasilan dengan menjadi perukiah di luar jam kerjanya di SMAN 1 Banjarbaru. "Saya buka praktik pada malam hari, jadi tidak mengganggu kerja saya sebagai guru," ucapnya.

Ditanya berapa pendapatannya sebagai seorang perukiah, Bahrain enggan membeberkannya. Sebab, dia tak mematok biaya ke para pasiennya. "Pokoknya ada lah tambahan yang saya dapatkan dari hasil merukiah," paparnya.

Selain jadi perukiah, Bahrani menyampaikan bahwa dirinya juga menambah jam mengajar di salah satu sekolah swasta di Banjarbaru. "Jadi saya bukan hanya mengajar di SMAN 1 Banjarbaru," bebernya.

Dia mengungkapkan, jika dirinya tidak mengajar di sekolah lain maka penghasilannya sebagai guru honorer di SMAN 1 Banjarbaru dan perukiah tidak akan cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya. "Maka dari itu, kami sangat berharap gaji guru honorer cepat dinaikkan," ungkapnya.

Selain berharap gaji naik, Bahrani juga menyinggung masalah wacana penghapusan tenaga honorer. "Mudah-mudahan pemerintah memikirkan nasib kami yang sudah puluhan tahun mengabdi," harapnya.

Sebagai guru honorer yang sudah tidak mungkin diangkat sebagai PNS, lantaran terhalang batasan usia, dia meminta agar dirinya bisa diangkat menjadi PPPK tanpa melalui tahapan tes. "Karena kami yang sudah tua ini beda dengan yang muda. Menggunakan komputer saja kami sulit," paparnya.

Harapan Bahrani diamini Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Eko Sanyoto. Karena menurut Eko, peningkatan kesejahteraan guru sangat lah penting guna meningkatkan kualitas SDM bangsa. "Para guru ini lah yang membentuk anak-anak kita menjadi SDM yang berkualitas," ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X