Tenun Pagatan di Desa Manurung Kusan Hilir, Dipesan Orang Luar Negeri, Biaya Kirim Sampai Rp4 Juta

- Minggu, 26 Januari 2020 | 08:24 WIB
PROSES PEMBUATAN : Proses pembuatan tenun pagatan menggunakan alat tenun tradisional di Desa Manurung.  (kanan) Tenun pagatan juga bisa dirajut menjadi tas yang cantik. | FOTO: KARYONO/RADAR BANJARMASIN
PROSES PEMBUATAN : Proses pembuatan tenun pagatan menggunakan alat tenun tradisional di Desa Manurung. (kanan) Tenun pagatan juga bisa dirajut menjadi tas yang cantik. | FOTO: KARYONO/RADAR BANJARMASIN

Selain penghasil ikan, Kecamatan Kusan Hilir juga dikenal sebagai daerah pengrajin Tenun Pagatan. Salah satu yang paling terkenal dengan kerajinan ini ada di Desa Manurung.

-- Oleh: KARYONO, Pagatan --

TENUN Pagatan sudah dikenal luas. Kain kerajinan berasal dari Kabupaten Tanah Bumbu ini sudah tersohor indah di luar kabupaten. Bahkan, namanya sudah dikenal sampai luar negeri. Seperti negara Singapura dan Thailand.

Setidaknya inilah yang dikatakan Abdul Ajis (52), pengrajin yang mengaku pernah menjual kain tenun olahannya ke dua negara tersebut melalui internet (online).

“Biaya kirimnya memang cukup besar. Mulai Rp1 juta hingga Rp4 juta,” ujar Abdul Azis, kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Abdul Azis merupakan pengrajin kain tenun di Usaha Tenun Pagatan Salmah yang lokasinya berada di Desa Manurung Kecamatan Kusan Hilir. Usaha ini dibuka Ibu Salmah (67), sejak puluhan tahun lalu, yang meneruskan usaha orang tuanya.

“Usaha ini mulai digeluti orang tua saya sejak saya sekolah SD dulu. Saya cuma meneruskan saja. Bisa dikatakan usaha turun temurunlah,” kata Salmah.

Di usaha miliknya itu, Salmah menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk mengolah kain tenun. Dengan alat ini, katanya proses pembuatan tenun bisa menjadi lebih cepat.

“Alat ini mulai berkembang sejak tahun 2010. Dalam satu hari bisa menghasilkan kain tenun ukuran 1.3 x 2.2 meter. Semua motif bisa selesai dalam satu hari,” terangnya.

Sementara itu, proses sebelum kain ditenun ada 14 tahapan. Seperti dipaparkan Abdul Azis, tahapannya mulai dari pengulangan benang, nyekkir benang, pembikinan bum, ngeteng benang dan memotif. Kemudian mengikat bengang, merendam benang, pewarnaan sampai dengan pencucian habis pewarnaan. Selanjutnya penjemuran pakaian, pelepasan tali ikatan motif,bongkar pakaian, pemaletan benang atau menggulung benang dan persiapan penenunan.


Selain kain tenun ATBM, Usaha Tenun Pagatan Salmah juga bisa menghasilkan kein tenun geddok. Proses pembuatan kain ini lumayan panjang, bisa sampai 15 hari. “Untuk pembuatan kain tenun geddok ini menggunakan benang sutra. Lebar kain 40 cm dan panjang 4 meter,” ucap Abdul Azis.

Usaha Tenun Pagatan Salmah mempekerjakan 12 orang, semua warga Desa Manurung. Hebatnya mereka juga melakukan pembinaan kepada anak-anak putus sekolah. Ada sekitar 8 orang yang rata-rata berusia 16 tahun yang bekerja di sana.

“Kami memang sengaja ikut memberdayakan anak-anak putus sekolah, daripada salah pergaulan lebh baik saya bina. Alhamdulillah mereka sudah banyak menghasilkan kain tenun ATBM,” paparnya.

Hasil tenun olahan anak-anak putus sekolah ini juga sudah mulai dipasarkan. Baik melalui online maupun dipasarkan langsung ke pelanggan.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X