Tabalong Surut, Amuntai Darurat; Ponpes Rakha Liburkan Santri Tiga Hari

- Selasa, 11 Februari 2020 | 11:24 WIB
JADI SUNGAI: Warga di Jalan Abdul Gani Ma'jidi memilih menggunakan perahu untuk transportasi. | Foto: Muhammad Akbar/Radar Banjarmasin
JADI SUNGAI: Warga di Jalan Abdul Gani Ma'jidi memilih menggunakan perahu untuk transportasi. | Foto: Muhammad Akbar/Radar Banjarmasin

AMUNTAI - Dampak kiriman air dari Kabupaten Tabalong dan Balangan sudah sampai di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Tinggi air memuncak sejak Sabtu (9/2) malam sampai Senin (10/2) kemarin. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) HSU, sudah ada 10 ribu rumah warga yang terendam.

Rumah tersebut tersebar di delapan kecamatan, yakni Amuntai Utara, Banjang, Tengah, Amuntai Selatan, Sungai Panda, Babirik, Haur Gading dan Sungai Tabukan. Yang masih belum tergenang hanya Danau Panggang serta Paminggir.

Kemarin, sejumlah santri dan santriwati terlihat menunggu jemputan travel atau keluarga di Jalan Poros Rakha Amuntai, HSU. Pesantren mereka, (Ponpes) Rakha Amuntai terendam air dan membuat pengurus ponpes meliburkan aktivitas belajar mengajar.

"Saya pulang karena kamar tidak bisa kami diami semua tergenang air. Saya lagi tunggu orang tua menjemput," kata Nur Aulia salah satu santriwati Ponpes Rakha asal Kecamatan Lampihong.

Sementara itu, Santri Rakha Putra bernama Rizki asal Paringin memilih untuk tinggal di pondok dan melakukan aktivitas mengangkat karung pasir untuk membendung luapan air sungai Tabalong yang meluap ke jalan poros di depan ponpes tertua tersebut.

"Saya pilih tinggal bersama teman-teman bersama untuk membuat karung pasir sebagai bendungan agar air tidak naik lebih tinggi. Ini bakti kami pada ponpes kami," ucapnya bersemangat.

Sementara itu Aulia Rahman selaku penjaga keamanan pesantren mengakui ini banjir terdahsyat sejak dia bekerja di sana dalam 14 tahun terakhir.

"14 jadi Satpam baru kali ini saya melihat luapan banjir menggenangi parah ponpes ini," kata Aulia pada Radar Banjarmasin.

Kepala BPBD HSU Sugeng Riyadi mengatakan bahwa banjir ini memang sangat besar. Penyebab bukan hujan melainkan kiriman air yang melimpah dari hulu sungai. Ditambah kantong-kantong air yakni Polder Alabio juga telah terisi air. "Ini mungkin banjir terbesar sejak 10 tahun terakhir," kata Sugeng.

Pada kesempatan tersebut, Sugeng meminta pada warga masyarakat untuk berhati-hati khususnya pada sistem kelistrikan rumah. Jangan sampai terkena air.

Anggota DPRD HSU Teddy Suryana berharap musibah ini dijadikan level darurat bukan siaga bencana lagi. "Kami dari DPRD HSU mendesak pihak terkait untuk menjadikan status banjir ini menjadi darurat bencana," tegas Teddy.

Budi Lesmana selaku tokoh pemuda di HSU menyampaikan bahwa banjir tahun ini memang sangat parah. "Ada lokasi yang tidak pernah banjir jadi banjir tahun ini," ungkapnya.

--- 

Wilayah Selatan Tabalong Masih Banjir

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X