Pamer Buah-Buah Langka, Ada Buah yang Tidak Bisa Diperjualbelikan

- Selasa, 11 Februari 2020 | 11:36 WIB
LANGKA: Beragam jenis buah-buahan yang dipamerkan dalam kegiatan festival buah lokal Kalimantan Selatan di Desa Marajai. | FOTO: WAHYUDI/RADAR BANJARMASIN
LANGKA: Beragam jenis buah-buahan yang dipamerkan dalam kegiatan festival buah lokal Kalimantan Selatan di Desa Marajai. | FOTO: WAHYUDI/RADAR BANJARMASIN

Marajai, desa yang terletak di lereng pegunungan Meratus ini, menunjukkan pesonanya. Puluhan jenis buah lokal dipamerkan. Dari yang paling populer hingga sangat langka.

-- Oleh: WAHYUDI, Balangan. --

GUGUSAN bukit tampak berderet rapi mengelilingi Desa Marajai yang ketenarannya sudah mendunia, seiring dengan penemuan ratusan jenis buah lokal dan langka oleh Hanif Wicaksono, seorang pemerhati buah-buahan.

Oleh karenanya, tidak sedikit peneliti lokal hingga mancanegara melakukan penelitian di desa pedalaman Kecamatan Halong Kabupaten Balangan ini.

Minggu (7/2) kemarin, Desa Marajai benar-benar memesona ratusan pengunjung yang berkunjung ke sana dengan koleksi puluhan jenis buah-buahan lokal dan langka miliknya.

Pameran buah-buahan ini dibungkus dalam sebuah acara Festival Buah Lokal Kalimantan Selatan. Bertajuk, Hutan Lestari, Desa Mandiri.

Banyak buah-buahan yang wujudnya baru pertama kali penulis lihat. Begitu juga dengan namanya, baru tahu sekarang. Hal serupa dialami pengunjung lainnya, semua memperlihatkan ekspresi kagum.

Menurut penuturan Hanif, koordinator acara, ada sekitar 70 sampai 80 jenis buah-buahan lokal dan langka yang dipamerkan dalam kesempatan ini. Diantaranya bahkan ada yang sudah dilindungi Undang-Undang. Dilarang diperjualbelikan.

“Sebenarnya masih banyak lagi sampai 150 an jenis, tapi karena musimnya sudah lewat, jadi buah yang ada saja yang kita pamerkan,” ujarnya. Acara ini, kata Hanif, digelar selama dua hari, 8-9 Februari 2020. Selain festival buah lokal, ada juga pameran eco print dan geo tour.

Sejatinya, lanjut Hanif, tujuan utama dari kegiatan yang sudah dilaksanakan kali kedua ini, selain memberikan pendidikan kepada pengunjung terkait buah-buahan, juga meningkatkan ekonomi warga.

“Beberapa tahun lalu mungkin nama desa ini tidak pernah didengar oleh orang luar, tapi dengan adanya kegiatan ini, setidaknya warga memiliki sumber mata pencaharian yang lain selain berkebun karet dan jagung,” ujarnya.

Impian Hanif beriringan dengan pemerintahan desa yang memiliki program baru, menjadikan desanya sebagai desa wisata plasma nutfah.

Bukan cuma warga lokal Kalimantan Selatan yang datang untuk menikmati berbagai buah lokal dan langka. Ada juga turis dari luar negeri. Jepang, Prancis, Australia.

Joys, warga negara Prancis mengaku, sangat menikmati waktunya selama dua hari berada di Desa Marajai. Alamnya begitu kaya. Keramahan juga ditunjukkan warganya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X