Perjalanan Biker Sirath Touring Borneo Lintas Tiga Negara

- Sabtu, 15 Februari 2020 | 10:11 WIB
DESTINASI AKHIR: M Tasrif, Fahmi, dan H Adan anggota Biker Sirath sudah mencapai Tip of Borneo di Sabah, Malaysia, kemarin (14/2).
DESTINASI AKHIR: M Tasrif, Fahmi, dan H Adan anggota Biker Sirath sudah mencapai Tip of Borneo di Sabah, Malaysia, kemarin (14/2).

Hasrat mencapai puncak Pulau Kalimantan menggunakan sepeda motor akhirnya tercapai. Tiga rider Biker Sirath yang memulai perjalanannya dari Banjarmasin, sukses mencapai Tip of Borneo di Sabah, Malaysia, kemarin (14/2). Banyak cerita yang mereka alami demi mencapai titik paling atas di Pulau Kalimantan tersebut.

==========================

FAUZAN RIDHANI, Banjarmasin

=========================

M TASRIF, pentolan Biker Sirath yang juga koordinator perjalanan touring Borneo lintas tiga negara ini bersyukur. Perjalanan panjang dari Banjarmasin akhirnya mencapai tujuan akhir di Sabah, Malaysia. Sebelumnya, mereka sudah melewati negara Brunei Darussalam dan masuk kembali ke wilayah negara Malaysia untuk menuju Tip of Borneo.

“Alhamdulillah, perjalanan ini sangat memuaskan dan kami akhirnya tiba di tujuan akhir, Tip of Borneo,” sebut Tasrif.

Ditambahkannya, perjalanan menuju Tip of Borneo dimulai dari Brunei. “Untuk memasuki Brunei, kami harus cap paspor dulu di kawasan perbatasan Malaysia-Brunei. Kemudian, ketika keluar meninggalkan Brunei kami kembali berurusan dengan pihak imigrasi setempat karena akan masuk ke kawasan Malaysia. Jadi, untuk keluar masuk Brunei, kami harus cap paspor sebanyak empat kali,” tuturnya.

Tak mau mengulur waktu, Tasrif, H Adan, dan Fahmi langsung tancap gas motor masing-masing menuju Sabah. Namun, ada perasaan was-was ketika mereka melanjutkan perjalanan.

“Untuk mencapai Sabah, kami harus melewati wilayah Sibu. Rencananya, kami ingin menginap di Sibu untuk mengumpulkan tenaga menuju Sabah. Tapi, kami memutuskan batal menginap di Sibu,” ungkap Tasrif.

Alasan mereka batal bermalam di Sibu lantaran wilayah tersebut didominasi imigran China. Bahkan, semua bangunan dan fasilitas publik di Sibu didominasi oleh tulisan Mandarin. Bahasa Mandarin juga kerap digunakan sebagai bahasa harian warga kota Sibu. Alasan lain, Tasrif dan kawan-kawan khawatir terpapar virus Corona.

“Kami hanya berjaga-jaga, jadi lebih baik putar gas saja untuk segera keluar dari Sibu. Padahal, waktu itu sudah malam, energi juga cukup terkuras, hujan lebat lagi,” tuturnya.

Jadilah di malam yang pekat dan dingin itu, Tasrif dan kawan-kawan melaju menuju Sabah. “Tengah malam, kami memutuskan istirahat dulu di sebuah rest area di Desa Selingau yang jaraknya sudah cukup jauh dari Sibu. Kami sempatkan makan dan santai dulu. Beruntung, ada sebuah surau kecil di Desa Selingau. Alhamdulillah, kami dapat izin oleh penjaga surau tersebut untuk menginap semalam,” tambahnya.


Surau kecil tersebut seperti rumah singgah yang nyaman bagi Tasrif dan dua rekannya. “Besok paginya, setelah salat subuh, kami langsung lanjut ke Sabah. Setibanya di Tip of Borneo, kami langsung mengabadikan momen dengan foto-foto. Senang sekali rasanya sudah menjejakkan kaki di tempat paling ujung di Pulau Kalimantan ini,” sambungnya.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X