Harga Gula di Banjarmasin..? Tak Semanis Itu

- Kamis, 20 Februari 2020 | 10:12 WIB
TIMBANG GULA: Pedagang di Pasar Sentra Antasari menimbang dan membungkus gula pasir. Pedagang tak punya pilihan selain menjual dengan harga mahal. | Foto: Maulana/Radar Banjarmasin
TIMBANG GULA: Pedagang di Pasar Sentra Antasari menimbang dan membungkus gula pasir. Pedagang tak punya pilihan selain menjual dengan harga mahal. | Foto: Maulana/Radar Banjarmasin

BANJARMASIN - Harga gula di sejumlah pasar tradisional di Banjarmasin melambung tinggi. Beberapa hari terakhir, sudah mendekati Rp15 ribu per kilogram.

Contoh di Pasar Sentra Antasari di Jalan Pangeran Antasari, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di pusat kota.

Ketika Radar Banjarmasin menyambangi Toko Arif Maulana, pemilik kios menceritakan, dua pekan lalu harga gula masih Rp12.500 per kilogram. Sempat naik seribu rupiah, kini sudah Rp14.500 per kilogram.

"HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah sebenarnya Rp12.500, tapi mau bagaimana lagi, kami membelinya sudah mahal. Otomatis harganya harus dinaikkan," kata pedagang yang enggan namanya dikorankan tersebut, kemarin (19/2).

Menurutnya, kondisinya kian parah dalam sepekan terakhir. Pelanggan pun berteriak. Selain harga, stok barang juga langka.

"Hampir 50 persen pasokan kami hilang. Sekarang dijatah kalau mau mengambil. Pembeli sudah pasti mengeluh. Saya kasihan juga sama ibu-ibu, terutama yang punya usaha rumahan dengan mengolah roti dan kue," kisahnya.

Apa penyebabnya? Sepengetahuannya akibat kesulitan bahan baku. Bahkan, setahunya sudah ada yang menjual Rp16 ribu per kilogram! "Di lapak lain sudah segitu," tukasnya.

Senada dengan keluhan Ijah, pedagang di Pasar Lama di Jalan Perintis Kemerdekaan. "Saya menjual Rp14.500 per kilogram. Katanya karena bahan baku menipis," ujarnya.

Ijah mengaku serba salah menghadapi keluhan pembeli. "Harapan kami tidak banyak, kembalikan lagi harganya seperti semula," harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Bierhasani mengatakan kenaikan harga gula sudah terjadi sejak lama.

Akibat bahan baku seperti tebu yang mulai menipis. Musim panen tebu di beberapa daerah juga sudah berakhir. Ketiadaan gula rafinasi juga menurutnya kian memperparah keadaan.

"Kendalanya, kementerian tidak menyetujui izin distribusi gula rafinasi untuk distributor di Kalsel," tegasnya.

Ditekankannya, gula rafinasi masih dibutuhkan untuk mem-back up stok gula lokal. Khususnya untuk pembuatan wadai (kue) khas Banjar yang terkenal manis.

Bierhasani berharap, Kementerian Perdagangan mau membuka mata atas kondisi ini. "Kami sudah sampaikan pentingnya izin distribusi gula rafinasi. Semoga cepat," pungkasnya. (lan/fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X