Nilai Impor Banua Turun Drastis

- Jumat, 21 Februari 2020 | 12:01 WIB

BANJARBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel bulan ini merilis kinerja perdagangan Kalsel selama bukan Januari 2020. Dari rilis itu nilai ekspor dan impor Kalsel ternyata sama-sama mengalami penurunan. Namun, yang paling signifikan ialah impor.

Berdasarkan data BPS Kalsel, secara spesifik nilai impor Kalsel pada Januari 2020 tercatat hanya USD66,08 juta atau turun drastis sekitar 44,80 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai USD119,70 juta.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, Diah Utami mengatakan, selain turun dibanding bulan sebelumnya, nilai impor Kalsel juga turun jika disandingkan dengan Januari 2019 lalu. "Dibandingkan dengan tahun lalu turun 33,07 persen, karena pada Januari 2019 nilai impor Kalsel mencapai USD98,72 juta," katanya.

Dia menyampaikan, ada tiga kelompok barang yang mempunyai nilai impor tertinggi pada Januari. Yakni, bahan bakar mineral sebesar USD45,06 juta, kapal laut, USD10,88 juta dan mesin-mesin mekanik, USD5,93 juta. "Kontribusi dari masing-masing kelompok tersebut kalau diurut adalah 68,20 persen, 16,47 persen dan 8,98 persen," ucapnya.

Sementara itu, nilai impor Kalsel pada Januari tertinggi berasal dari Singapura yang mencapai USD41,79 juta. Diikuti Malaysia, USD15,48 juta dan Korea Selatan, USD4,68 juta. "Kontribusi impor dari Singapura mencapai 63,25 persen," ujar Diah.

Di sisi lain, untuk nilai ekspor Kalsel, dia menjelaskan, ekspor melalui pelabuhan di Banua per Januari 2020 sebesar USD574,05 juta. Turun 13,38 persen dibandingkan Desember 2019 yang mencapai USD662,76 juta.

“Jika dibandingkan dengan Januari 2019, nilai ekspor Januari 2020 juga turun sekitar 15,22 persen. Karena tahun lalu nilainya mencapai USD677,13 juta,” jelasnya.

Lanjutnya, adapun komoditas barang yang paling banyak diekspor selama periode Januari 2020 adalah kelompok bahan bakar mineral dengan nilai USD520,30 juta. Disusul kelompok lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD41,86 juta dan kelompok kayu atau barang dari kayu senilai USD4,85 jutan

"Unggulan ekspor Kalsel selama ini memang bertumpu pada bahan bakar mineral, yakni batubara," ujarnya.

Sedangkan untuk negara tujuan ekspor terbesar selama Januari 2020, dia mengungkapkan paling besar ialah ke Tiongkok dengan nilai USD188,49 juta. "Nilai ekspor ke Tiongkok naik 2,41 persen dibandingkan Desember 2019 yang mencapai USD184,06 juta," ungkapnya.

Ditambahkannya, selain Tiongkok, ekspor Kalsel ke India juga lumayan tinggi yakni mencapai USD120,88 juta. "Jepang berada di urutan ke tiga dengan nilai ekspor sebesar USD79,57 juta, disusul Filipina, USD40,82 juta," tambahnya.

Dari data-data nilai eskpor dan impor, Diah menuturkan bahwa neraca perdagangan ekspor impor Kalsel pada Januari 2020 menunjukkan nilai yang positif. Yakni, surplus sebesar USD507,98 juta. “Nilai tersebut lebih kecil daripada neraca perdagangan pada bulan Desember 2019 yang surplus USD543,06 juta,” paparnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani membenarkan nilai impor dan ekspor yang dirilis oleh BPS Kalsel. "Iya, impor dan ekspor kita memang mengalami penurunan," ucapnya.

Terkait turun drastisnya angka impor, dia menjelaskan bahwa kegiatan impor di Kalsel biasanya dilakukan oleh pelaku usaha berupa barang peralatan dan mesin. Menurutnya, penurunan terjadi dikarenakan peralatan atau mesin untuk industri di Banua sebagian besar sudah terpenuhi. "Mungkin juga barang yang diimpor sebagiannya sudah bisa dipenuhi produk dalam negeri, jadi permintaan impor berkurang," jelasnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X