BANJARMASIN - Situs bersejarah kompleks makam dan Masjid Sultan Suriansyah perlu perhatian khusus. Setidaknya itulah yang disimpulkan Komisi II DPRD Banjarmasin. Terungkap dalam pertemuan antara pengelola Makam Sultan Suriansyah, pemerhati budaya, dan Dinas Pariwisata Banjarmasin di gedung dewan, kemarin (5/3).
Ketua Komisi II DPRD Banjarmasin, Faisal Hariyadi akan meminta Banggar DPRD Banjarmasin untuk memprioritaskan anggaran renovasi dan perbaikan situs tersebut. "Kalau bisa anggarannya dimasukkan pada APBD Perubahan 2020, atau APBD murni 2021," ucap politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Belakangan, kompleks Makam Sultan Suriansyah memang menjadi sorotan. Lantaran kondisinya mulai memprihatinkan. Keramik lantai yang retak, hingga atap bocor.
Pemko tak bisa berbuat banyak. Selain anggarannya yang belum ada, penyaluran dana ke sana juga terkendala aturan. Kompleks makam tersebut bukan aset pemerintah.
Terkait hal itu, Komisi II berencana berkonsultasi dengan pihak kementerian. Termasuk mengupayakan peluang situs bersejarah di daerah bisa mendapatkan suntikan dana dari pemerintah pusat. "Saat ini, pengelolaan Makam Sultan Suriansyah hanya bersumber dari insentif pemerintah daerah," jelasnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banjarmasin, Joko Pitoyo mengatakan wacana merenovasi Makam Sultan Suriansyah akan dikonsultasikan ke Balai Cagar Budaya di Samarinda.
Mengapa begitu? Karena menurutnya tak mudah untuk merenovasi situs cagar budaya. Mesti detail. Jadi rancangan DED harus melibatkan tenaga ahli, dan atas persetujuan Balai Cagar Budaya. “Jadi akan kami konsultasikan dulu. Dari hasil itu, nanti kami coba anggarkan pada APBD 2021. Kalau di 2020, masih belum memungkinkan," tuturnya.
Disbudpar ingin Kompleks Makan Sultan Suriansyah jauh lebih luas. Tentu saja lebih eksis. Supaya situs budaya tersebut bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Banjarmasin.
Selain Makam Sultan Suriansyah, Disbudpar juga mengusulkan beberapa situs budaya lainnya untuk diperbaiki. Termasuk juga Masjid Sultan Suriansyah. “Yang pasti sebagai bentuk upaya melestarikan sejarah,” tuntas Joko. (nur/dye/ema)