Dapat Sinyal, Obati Rindu Dengan Video Call

- Sabtu, 7 Maret 2020 | 07:31 WIB
POSISI SIAP: Sersan Satu Rubyanto (tangah) di dampingi dua rekannya, prajurit Batalyon Infanteri 623/BWU usai upacara pengecekan kelengkapan Satgas Pamtas Operasi Perbatasan RI-MLY di Lapangan Upacara Markas Batalyon 623/BWU.
POSISI SIAP: Sersan Satu Rubyanto (tangah) di dampingi dua rekannya, prajurit Batalyon Infanteri 623/BWU usai upacara pengecekan kelengkapan Satgas Pamtas Operasi Perbatasan RI-MLY di Lapangan Upacara Markas Batalyon 623/BWU.

Sersan Satu Rubyanto (31) bergegas lari menuju suara komando dari pelantang di Lapangan Upacara Markas Batalyon Infanteri 623/BWU, Jumat (6/3) siang. Dengan seragam lengkap rompi anti peluru, ransel besar dan senapan serbu 1 versi 3 buatan PT Pindad Bandung.

JAMALUDDIN, Banjarbaru

Ruby –panggilan akrabnya, satu diantara 450 prajurit yang akan dikirim ke Perbatasan Republik Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, akhir Maret nanti.

Kemarin siang, mereka dikumpulkan untuk mengikuti upacara pengecekan kelengkapan. Ini adalah tugas menjaga perbatasan kedua bagi Ruby, tahun 2014 lalu ia dikirim ke perbatasan RI-PNG Papua. “Namanya prajurit harus siap untuk dikirim ke mana saja,” ujar Ruby.

Selain ancaman musuh yang harus selalu diwaspadai. Bagi prajurit penjaga perbatasan, mereka juga harus melawan rasa rindu pada keluarga yang tinggal di asrama kesatuan.

Meski ketika wawancara Ruby yang didampingi beberapa rekannya lantang berucap, “Tugas adalah panggilan jiwa, tugas adalah kehormatan. Untuk keluarga sudah siap saya tinggal. Istri dan anak mereka sudah paham tugas ayahnya,” tegasnya.

Tampak sebagai seorang abdi negara, ia terlatih kuat dan biasa menghadapi situasi seperti ini. Tetapi tetap saja ia adalah manusia biasa. Menurutnya sembilan bulan tugas meninggalkan keluarga bukan hal mudah.

“Dari dalam hati paling dalam saya tetap merasa berat meninggalkan mereka. Apalagi saat ini anak saya lagi lucu-lucunya,” ujar Ruby seraya menyebut usia dua anaknya, si sulung 5,5 tahun dan adiknya 3 tahun 5 bulan.

Untuk mengobati rasa rindu, beruntung bagi Ruby sudah dipermudah oleh teknologi. “Bisa ngobrol lewat video call, kalau ada sinyal. Alhamdulillah saya dapat pos yang katanya masih ada sinyal. Di Pulau Sebatik,” ujar pria berdarah Pati, Jawa Tengah ini.

Itu pun tidak bisa dilakukan setiap saat. Karena seorang prajurit harus fokus dan mengutamakan tugas, ketimbang komunikasi dengan keluarga. Hal ini pun juga sudah dimaklumi oleh sang istri, Putria Lestari.

“Dia sudah mengerti, ayahnya juga tentara. Paling penting saling mendoakan. Yang tugas mendoakan yang di rumah, yang di rumah mendoakan yang sedang tugas,” ungkapnya.

Pengalaman bertugas di perbatasan, membuat Ruby mengerti musuh yang harus di lawan oleh mereka saat bertugas menjaga wilayah negara. Bukan cuma musuh dalam arti fisik, tapi juga godaan untuk meloloskan barang terlarang dengan imbalan yang besar. Paling rawan di perbatasan RI-MLY adalah transportasi narkoba.

“Jujur, saya takut iman nggak kuat. Kalau bertempur itu musuhnya jelas. Tapi ini keimanan yang ada dalam diri. Kalau nggak kuat ya hancur. Tapi kalau kita kuat, Alhamdulillah,” ujarnya.

Kekuatan ini yang diharapkan Ruby bisa menjaganya di dalam tugas, sebagai garda paling depan NKRI. Karena itu ia pun meminta doa kepada masyarakat Kalimantan Selatan. “Semoga Batalyon Infanteri 623/BWU yang akan melaksanakan tugas Pamtas RI-MLY selamat. Berangkat 450 orang pulang 450 orang,” pungkasnya. (*)

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X