BANJARBARU - Fenomena pemakai atau pecandu narkoba dari kalangan terpandang rupanya benar adanya. Faktanya, dari data Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Banjarbaru, ada beberapa pasien rehabilitasi mereka dari kalangan ini.
Sepanjang tahun 2019 saja, untuk profesi ASN ada dua orang yang direhab oleh BNNK Banjarbaru. Belum lagi dari kalangan pekerja swasta yang jumlahnya mencapai 75 orang.
Menurut Kasi Rehabilitasi BNNK Banjarbaru, Aguswin bahwa tak ditampik jika narkoba juga menyasar para profesi yang mungkin selama ini dianggap "bersih" dari narkotika.
Ia pun mengaku tak begitu kaget ketika ada fenomena kasus narkotika yang menyeret profesi tertentu. Sebab, ditegaskannya tidak ada orang yang kebal terhadap narkoba.
"Tidak bisa dilihat dari profesi atau latar belakangnya. Karena narkoba bisa menjerat siapa saja, makanya ini harus jadi perhatian kita bersama untuk mencegahnya," tegasnya.
Meski dalam proses rehabilitasi tak ada perbedaan dengan pasien umum lainnya. Namun, Aguswin menyebut bahwa pasien rehabilitasi dari kalangan tertentu ini punya tren tersendiri.
Yang mana, tak sedikit misalnya ada pejabat publik atau ASN yang meminta lokasi rehabilitasi jauh dari tempat tinggalnya. "Beberapa seperti itu, karena mungkin mereka malu jika di wilayahnya sendiri."
Permintaan ini ucapnya sah-sah saja. Lantaran, rehabilitasi bisa dilakukan di mana saja. Misalnya, pasien di Banjarbaru di rehabilitasi di Banjarmasin. Begitupun sebaliknya, tergantung permintaan pasien dan keluarga.
"Jika tetap bisa kooperatif kita tidak masalah. Kita akan tawarkan mau rehab ke mana. Memang ada stigma malu lantaran mungkin mereka dianggap orang-orang terpandang di lingkungannya. Kita juga punya kewajiban merahasiakan identitas pasien," tambahnya.
Selama ini, pasien dari kalangan tertentu ini kata Aguswin cenderung berdasarkan permintaan keluarga. Tetapi ada juga permintaan atau dorongan dari internal tempat mereka bekerja.
"Kebanyakan (permintaan rehab) dari keluarga dan internal instansi atau tempat bekerja itu. Biasanya permintaan itu ketika orang ini masuk kategori sedang hingga berat," jelasnya.
Kategori sedang hingga berat ini kata Aguswin sudah termasuk yang memberikan efek ke lingkungannya. Misalnya salah satunya katanya adalah berdampak kepada ekonomi di keluarganya.
"Dari keluarganya keluhannya seperti masalah keuangan, acuh terhadap keluarga atau perilaku yang berubah. Nah jika seperti ini biasanya ada permintaan untuk rehab," pungkasnya. (rvn/by/bin)