Di tengah kekhawatiran akan penyebaran virus corona, ibu rumah tangga menghadapi persoalan lain, mahalnya harga gula.
-- Oleh: Muhammad Rifani, Radar Banjarmasin --
Harga gula pasir mengalami lonjakan pesat. Bayangkan, satu kilogram gula pasir di pasaran berkisar di harga Rp19.000-20.000.
Anggi, ibu rumah tangga asal Sungai Besar mengaku mendapat harga gula Rp20.000. Itu ia beli di toko sembako di sekitar rumahnya pada Minggu (22/3) lalu.
"Biasanya paling Rp13.000, kata penjualnya karena harga di agen sudah tinggi mencapai Rp19.500 per kilonya. Naiknya sudah beberapa minggu ini dan sangat berdampak," gerutu Anggu.
Sementara itu, Marlina salah seorang penjual sembako di areal Penglima Batur tak menampik kenaikan harga gula pasir. Sejak kemarin (13/3) sore, ia menjual perkilonya Rp20.000.
"Pagi tadi (kemarin) masih Rp19.500, sekarang Rp20.000. Soalnya saya beli di agen sudah tinggi sekali, ini pun tidak banyak stoknya," katanya.
Kenaikan signifikan ini sudah dirasakannya semenjak kurang lebih satu pekan terakhir. Yang mana normalnya klaimnya hanya Rp12.500 perkilo dijual di pasaran.
"Kalau dahulu sewaktu normal saya beli sampai tiga karung (setara 150kg), sekarang paling ambil 25 kilogram. Karena mahal sekali dan pembeli juga kaget dengan kenaikan ini," keluhnya.
Dinilainya, kenaikan ini mulai merebak ketika isu penyebaran virus corona mulai ramai. Meskipun ia sendiri tak mengetahui bagaimana hubungan kenaikan gula dengan isu corona.
Atas hal ini, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Banjarbaru, Abdul Basid merespons kenaikan harga gula di wilayah Kota Idaman ini. Dibeberkannya, jika kenaikan sebetulnya tak hanya terjadi di Banjarbaru saja, melainkan dirasakan daerah lain juga.
"Kalau dari pengamatan tim kita di beberapa pasar, memang mendekati (Rp20.000). Tetapi memang, meski mengalami kenaikan, barangnya masih ada walau stoknya tidak melimpah banyak," kata Basid.
Penyebab kenaikan gula ini disebutnya lantaran untuk memenuhi kebutuhan nasional Indonesia harus mengimpor gula dari luar. Namun, menurutnya menurut pemerintah pusat, bahwa kenaikan ini bakal berpeluang normal ketika di awal bulan nanti.
"Karena memang produksi gula kita di Indonesia tidak mampu mencukupi kebutuhan. Akhirnya kita mengimpor dan ada kenaikan. Estimasi normalnya April, karena dari pemerintah pusat mengupayakan sebelum Ramadan tiba," kata Basid.