Akibat Covid-19, masker bedah dipasaran menjadi langka. Untuk menyiasati itu, peserta pelatihan dan alumni pelatihan di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Tapin, membuat masker kain.
-- Oleh: RASIDI FADLI, Rantau --
Tepat pukul 12.00 Wita, Kepala Dinas Tenaga Kerja Tapin, Fauziah, bersama satu orang stafnya, membawa penulis untuk mendatangi tukang jahit yang memproduksi masker kain.
Ada dua orang yang didatangi. Nurul Wahidah dan Hamdiah, Posisi mereka di wilayah perkotaan. Mereka adalah alumni pelatihan menjahit di Dinas Tenaga Kejar (Disnaker) Tapin.
Saat sampai ke dua tempat tersebut. Masing-masing sedang asyik menggunakan mesin jahit. Mereka, terlihat cekatan untuk mengolah masker kain. Ada yang menggunakan kain katun ada juga yang menggunakan kain sasirangan.
"Setiap hari, selalu ada yang memesan masker ini," ungkap Nurul Wahidah warga Kecamatan Tapin Utara, Rabu (1/4).
Diungkapkan Nurul Wahidah, pembuatan masker kain, ia lakukan sejak satu Minggu yang lalu. Awalnya permintaan dari Disnaker, agar alumni pelatihan bisa membuat masker untuk disumbangkan.
"Jadi, masing-masing sukarela berapa kesanggupannya untuk membuat masker kain," tuturnya.
Setelah membuat masker kain, ternyata menjadi berkah buatnya, karena banyak permintaan dari masyarakat. Bahkan, ada dari perusahaan yang memesan untuk dibuatkan masker kain.
"Untuk satu hari saya bisa memproduksi masker sekitar 20 lembar. Itu tidak full seharian," jelasnya.
Adapun penjahit lainnya, Hamdiah, menuturkan bahwa ia memproduksi dua macam masker kain. Pertama yang lapis satu dijual 5 ribu perlembarnya dan lapis dua dijual 8 sampai 10 ribu perlembarnya.
"Yang lapis dua itu, bahannya dari kain sasirangan," tuturnya, seraya berkata dalam sehari mampu membuat masker sekitar 2 lusin.
Adapun kendala yang dihadapinya, karena banyak permintaan. Ia kesulitan dalam mencari bahan baku, terutama karet, yang sekarang ini sulit dicari dipasaran.
"Saya harus mencari karet ke Kabupaten tetangga baru ada," tuturnya, warga Jalan Pelita Kelurahan Rangda Malingkung ini.