Cerita Dokter dan Perawat di Era Corona; Lebih Sibuk, Kini Mandi pun di Rumah Sakit

- Minggu, 5 April 2020 | 09:30 WIB
JAGA KELUARGA: dr RUdiannor di meja kerjanya. Dia kini tak bisa pulang dengan pakaian kerja. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN
JAGA KELUARGA: dr RUdiannor di meja kerjanya. Dia kini tak bisa pulang dengan pakaian kerja. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN

Dokter dan perawat berada di garis terdepan dalam melawan virus corona. Hal ini membuat mereka rentan terjangkit. Bagaimana rutinitas mereka di hari-hari yang sibuk ini?

---

Rudiannor tak langsung pulang ke rumah kemarin. Setelah selesai praktik, dokter di RS Ansyari Saleh Banjarmasin ini mandi untuk membersihkan badan dulu. Dia mengganti pakaiannya dengan yang baru. "Saya punya dua anak yang masih rentan dengan imunitas," katanya kepada Radar Banjarmasin.

Dia mengatakan sejak corona menjadi pandemi global, dia menjaga jarak dulu dengan anak-anaknya. "Sedih juga," ucap Dokter spesialis paru ini.

Setiap hari menangani pasien membuatnya cukup was-was. Apalagi mendengar banyak berita tentang banyak dokter yang meninggal karena menangani corona. Tapi sebagai petugas medis, dia tetap memberikan pelayanan. Ini lah jalan hidup saya,” ucapnya.

Menjaga kesehatan diri menurutnya adalah yang utama saat ini. Yakni dengan konsumsi mulvitamin tambahan serta makan teratur dan meluangkan waktu untuk istirahat. “Yang utama membentengi diri kita. Setelah itu bagaimana agar tak menularkan dengan orang lain. Apalagi keluraga di rumah,” ucapnya.

Dia mengatakan Pandemi Covid-19 tetap ada hikmah untuk masyarakat. Setidaknya kini masyarakat memiliki kesadaran untuk hidup bersih. Masyarakat juga harus mengikuti imbauan pemerintah agar tetap berada di rumah demi memutus mata rantai penularan.

“Kalau menurut saya, garda terdepan adalah masyarakat. Karena mereka lah yang memutus mata rantai penularan. Kami petugas kesehatan, sebenarnya garda terakhir yang menangani warga setelah sakit,” ujarnya.

Sebagai petugas medis, para dokter dan perawat memang rentan. Apalagi perlengkapan wajib untuk menangani pasien corona masih sangat terbatas.

Salah seorang perawat di RSUD Ulin Banjarmasin blak-blakan mengungkapkan dia rela menggelontorkan uang sendiri demi membeli pelindung diri. Seperti kaca mata dan masker. “Sangat terbatas dan kurang lengkap, saya yakin ini tak hanya dialami kami yang di sini. Tapi hampir semua rumah sakit yang menangani Covid-19,” bebernya yang tak ingin namanya disebut.

Pelindung diri sebutnya adalah yang paling utama diperlukan saat ini. Bagaimana tidak, pasien yang baru belum diketahui apakah terpapar Covid-19 atau tidak. Was-was pun selalu muncul ketika dilakukan penanganan. Untungnya, sebelum pasien tersebut ditangani, selalu ditanyakan riwayat perjalanan termasuk melihat gejalanya. “Belum lama tadi sempat ribut, salah satu pasien disebutkan positif. Namun setelah ada hasil, ternyata negatif. Was-was sekali,” tukasnya.

Kekhawatiran besar adalah saat berinteraksi dengan orang rumah yang tak menutup kemungkinan akan menularkan virus ini saat pulang. “Saya punya anak istri. Apalagi anak saya ada yang masih kecil,” ucapnya.

Selain memikirkan keluarga di rumah, dia mengaku harus terus menjaga kondisi kesehatan agar daya tahan tubuh terus terjaga. “Seperti diketahui, petugas medisnya saja banyak yang tumbang. Ini yang menjadi kekhawatiran saya dan kawan-kawan,” sebutnya. 

Pandemi Covid-19 saat ini terangnya membuat gaya hidup berubah banyak. Seperti bertemu anak di rumah begitu pulang. Jika dulu begitu tiba di rumah masih bisa bersenda gurau, sekarang harus mandi dulu.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X